Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Garuda Masih Paling Tepat Waktu, Merpati Paling Telat Lagi
Oleh : Redaksi
Senin | 09-09-2013 | 19:19 WIB
0739515-persaingan-antar-maskapai-milik-negara-620X310.jpg Honda-Batam
Kredit foto: Kompas.com

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Empat maskapai penerbangan nasional meraih tingkat ketepatan waktu atau on time performance (OTP) di atas 80 persen. Keempat maskapai tersebut antara lain Garuda Indonesia, Batik Air, Tigerair Mandala, dan Sriwijaya Air. Dari keempat maskapai tersebut, Garuda Indonesia kembali mencatat hasil terbaik, sama dengan prestasi yang diraih sebelumnya.

Direktur Angkutan Udara Kemenhub, Djoko Murjatmodjo, memaparkan, sejak Januari hingga Juni 2013, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia mencatatkan hasil terbaik dengan meraih OTP rata-rata 87,24 persen. Sementara itu, maskapai penerbangan baru yang merupakan anak perusahaan Lion Air dan baru beroperasi April lalu, Batik Air, menduduki posisi kedua dengan OTP rata-rata 83,40 persen. 

Di belakang Batik Air berturut-turut ada Tigerair Mandala yang meraih OTP rata-rata 81,76 persen dan Sriwijaya Air yang mendapatkan OTP rata-rata 80,34 persen.

Sedangkan lima maskapai penerbangan lainnya mendapatkan hasil kurang baik dengan rata-rata OTP di atas 70 persen. Lilma maskapai tersebut antara lain Wings Air yang meraih OTP rata-rata 79,38 persen, Citilink 77,88 persen, Lion Air 75,80 persen, Indonesia AirAsia 74,78 persen, dan OTP terburuk diraih maskapai penerbangan plat merah Merpati Nusantara Airlines yang hanya bisa meraih tingkat ketepatan waktu 70,46 persen.

Menurut Djoko, banyak faktor yang mempengaruhi OTP suatu maskapai. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 pasal 146, ada faktor teknis operasional (TO), faktor nonteknis operasional (NTO), dan faktor cuaca (CUA).

Dia menjelaskan, hal-hal yang tergolong dalam faktor teknis operasional antara lain bandara keberangkatan dan bandara tujuan tidak bisa digunakan untuk operasional penerbangan, lingkungan menuju bandara dan landasan pacu yang terganggu akibat retak, banjir atau kebakaran. 

Selain itu, terjadinya antrean pesawat udara saat lepas landas (take off), mendarat (landing), atau alokasi waktu keberangkatan (slot time) di bandara serta keterlambatan pengisian bahan bakar (refueling), juga menjadi faktor teknis operasional yang menyebabkan keterlambatan.

Sementara untuk faktor non teknis meliputi keterlambatan kru pesawat karena transportasi, keterlambatan catering, menunggu penumpang yang masih check-in, pindah pesawat, atau penerbangan lanjutan (connecting flight), dan menunggu pembuatan dokumen penerbangan.

Sedangkan untuk faktor cuaca, seperti hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang di bawah standar minimal atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan.

Februari lalu, Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub telah merilis tingkat OTP maskapai penerbangan pada 2012. Dari enam maskapai, tingkat OTP tertinggi juga diraih Garuda Indonesia. 

Garuda Indonesia memiliki tingkat OTP yang paling tinggi yaitu 84,96 persen. Sementara itu, Merpati Nusantara menempati posisi terendah dengan 69,76 persen.

Maskapai dengan tingkat OTP di bawah Garuda Indonesia adalah Wings Air dengan OTP 80,77 persen, diikuti oleh Sriwijaya Air dengan OTP 79,77 persen, Lion Air dengan OTP 73,95 persen, dan Batavia Air dengan 71,98 persen. (*)

Editor: Dodo