Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Presdir Lion Air Klarifikasi Delay dan Isu Pilot Hengkang
Oleh : Redaksi
Rabu | 04-09-2013 | 13:38 WIB
kusnan-rusdi-kirana.jpg Honda-Batam
Rusdi Kirana.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, menyampaikan klarifikasi terkait penundaan penerbangan (delay) maskapai tersebut dalam beberapa hari terakhir. Bos Lion Air yang menjadi calon peserta konvensi capres Demokrat itu tetap membantah adanya rumor yang mengatakan bahwa banyak pilot hengkang sehingga menimbulkan delay berkepanjangan.


"Isu pilot (yang mengundurkan diri) itu tidak benar. Ada beberapa pilot, tiga kapten, tidak masuk karena sakit," ungkap Rusdi, kemarin.

Rusdi memaparkan, delay yang terjadi disebabkan karena perusahaan memberhentikan 18 staf darat (ground handling) di Bali. Ke-18 orang petugas ground handling itu dirumahkan karena diduga terlibat penggelapan uang kelebihan beban bagasi (overweight). 

Namun pada Minggu (1/9/2013) kemarin pihak Lion Air tidak menyangka jika ada 15 orang petugas lagi yang tidak masuk kerja tanpa keterangan. "Staf di Bali itu memang bermasalah. Dari 18 petugas airport yang diaudit itu kita rumahkan, yang lain itu entah karena simpati atau apa 15 orang tiba-tiba no show (tidak bekerja)," ujar Rusdi, seperti dilansir laman Indo Aviation.

Menurut Rusdi, perusahaan akan mengecek 15 petugas yang tidak masuk kerja ini untuk memastikan apakah karena simpati dengan 18 petugas yang dirumahkan atau turut terlibat dalam penggelapan uang. 

Dia menegaskan, keputusan manajemen untuk merumahkan ke-18 petugas ground handling itu merupakan upaya "bersih-bersih". "Kita tunjukkan perusahaan care sama good governance. Kalau ada permainan dibiarkan tidak pada tempatnya, itu kan akan berguling. Itu startnya dari situ. Akhirnya airlines ambruk," terang Rusdi.

Akibat masalah tenaga kerja ini, setidaknya 55 penerbangan Lion Air Group mengalami penundaan dalam dua hari (Minggu dan Senin). Pada Minggu (1/9/2013), keterlambatan terjadi antara satu hingga enam jam. Sedangkan pada Senin (2/9/2013) keterlambatan sudah lebih singkat antara satu hingga tiga jam. 

Delay beberapa hari itu itu juga, aku Rusdi, telah menyebabkan Lion Air rugi miliaran rupiah. Kerugian itu berasal dari kompensasi yang harus diberikan kepada penumpang. Sesuai peraturan pemerintah, keterlambatan penerbangan lebih dari empat jam akan diberi kompensasi Rp300.000. Itu belum termasuk biaya untuk hotel dan juga makanan bagi para penumpang.

Kendati demikian, Rusdi mengakui, persoalan tersebut tak hanya memrugikan bagi perusahaan, namun yang lebih utama penumpang. Setengah tahun lalu Lion Air memang kerap sekali mengalami keterlambatan penerbangan. Namun, seiring dengan perbaikan manajemen, on time performance (OTP) meningkat lebih baik, katanya.

Untuk mengantisipasi kejadian yang sama terulang, Lion Air akan mengambil tiga langkah perbaikan. "Manajemen akan membekali staf di kantor dengan kemampuan check-in seperti para petugas di bandara. Maskapai juga mengimbau para penumpang melakukan check-in via travel agent," jelas Rusdi. 

Selain itu, manajemen Lion Air juga akan membuat sistem yang memudahkan penumpang, sehingga bisa langsung memegang "boarding pass" - mirip tiket yang dijual Garuda Indonesia.

Sementara, Direktur Lion Air, Edward Sirait, mengatakan, ada 35 dan 20 penerbangan yang delay pada Minggu dan Senin kemarin. 

Menurutnya, absennya beberapa pilot yang bertugas di Bali juga berkontribusi menimbulkan delay di daerah lain. Kondisi itu semakin mempersulit karena pilot cadangan yang ada juga sedang bertugas, sementara pilot yang sudah terbang mendekati batas kerja 14 jam dan hanya mampu take off dan landing sebanyak empat kali. 

Akibatnya, pilot pengganti baru tiba di Bandara Ngurah Rai pada pukul 20.00-21.00 WITA di hari Minggu. "Akhirnya flight hari pertama (Minggu), baru selesai pukul 01.00 malam (Senin). Kecuali penerbangan menuju Solo, yang harus ditunda," jelas Edward. 

Penerbangan ke Solo tidak bisa diberangkatkan hari itu juga karena Bandara Adi Sumarmo telah tutup pukul 21.00 WIB. Penumpang kemudian diberangkatkan keesokan harinya.

Edward juga menyayangkan adanya isu yang berkembang belakangan ini terkait ketenagakerjaan di Lion Air. Edward mengklarifikasi bahwa tidak ada gaji karyawan yang telat dibayar karena perusahaan telah membayar gaji sesuai jadwal setiap tanggal 31. 

"Tidak ada kru mogok karena gaji," tegasnya.

Edward juga mengklarifikasi isu mengenai pilot asing yang tidak mau terbang lantaran dibayar dengan rupiah. Pembayaran kepada pilot asing dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal.

"Yang kita bayar rupiah adalah allowance, uang akomodasi harian, karena di Indonesia ya kita kasih rupiah, sama dengan pilot lokal. Dollar is dollar. Mau dolar sampai Rp15.000, kalau di perjanjian pakai dolar, ya kita bayar," jelas Edward.

Lion Air saat ini memiliki lebih dari 1.300 pilot dengan 200 orang di antaranya merupakan warga negara asing. Dari jumlah itu, menurut Edward tidak lebih dari empat orang yang mau teken kontrak dan dibayar dengan rupiah. 

Edward juga menjelaskan bahwa tidak ada selisih gaji yang cukup besar antara pilot lokal dan pilot asing. "Bedanya hanya sekitar Rp6 juta karena yang asing itu kan butuh apartemen," ujarnya. 

Menurut Edward, gaji yang diberikan Lion Air kepada pilot tidak berbeda dengan yang diberikan maskapai lain, dengan nilai Rp50 juta hingga Rp100 juta untuk pilot sekelas kapten.

Edward juga menampik kabar yang mengatakan bahwa Lion Air kekurangan pilot. Edward menegaskan, saat ini Lion Air mengoperasikan sekitar 95 pesawat. Dengan jumlah 1.300 pilot, menurutnya sudah cukup untuk menerbangkan pesawat-pesawat tersebut, dengan asumsi satu pesawat untuk 10 orang pilot. (*)

Editor: Dodo