Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keluarga Korban Akan Mendapatkan Kompensasi 20.000 Euro

Belanda Minta Maaf Atas Pembantian di Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 31-08-2013 | 20:07 WIB
dutch-prime-minister-mark.jpg Honda-Batam
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. (Kredit foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Den Haag - Pemerintah Belanda akan membuat permintaan maaf kepada publik untuk serangkaian eksekusi yang dilakukan oleh tentara Belanda di bekas koloninya di Indonesia antara tahun 1945 dan 1949.


Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, juga mengumumkan bahwa The Hague akan membayar  20.000 euro ($ 26.000) kepada para janda korban yang tewas.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia secara resmi akan hadir untuk menyampaikan permintaan maaf di Jakarta pada tanggal 12 September, menurut sebuah komunike pemerintah yang dilansir AFP.

Sebelumnya, pemerintah Belanda telah telah meminta maaf dan membayar kompensasi kepada keluarga korban dalam kasus-kasus tertentu, namun belum pernah menyampaikan maaf dan menawarkan kompensasi bagi para korban pembantaian secara umum.

"Kita berbicara tentang peristiwa mengerikan dalam kasus-kasus tertentu yang mengakibatkan eksekusi," kata Mark Rutte.

Namun, dia tidak berencana meminta maaf atas seluruh tindakan militer Belanda di Indonesia.

Mengenai peran Belanda selama konflik yang menyebabkan kemerdekaan Indonesia, Rutte mengatakan, bahwa kata-kata mantan menteri luar negeri Ben Bot, yang menyatakan bahwa "Belanda menemukan dirinya di sisi sejarah yang salah" selama konflik, tetap menjadi pandangan pemerintah di Den Haag.

Dua tindakan hukum telah menghasilkan kompensasi 20.000 euro kepada beberapa keluarga korban dan meminta maaf kepada publik atas pembunuhan yang terjadi di Pulau Sulawesi dan Rawagede, di Pulau Jawa.

Belanda mengatakan, tindakan hukum baru yang memenuhi kriteria yang sama dari kerabat di Rawagede dan Sulawesi Selatan juga akan diberikan kompensasi sebesar 20.000 euro.

Ribuan orang Indonesia tewas dalam perang kemerdekaan yang berakhir pada tahun 1949. Lebih dari 60 tahun kemudian, peran Belanda selama perang adalah hal yang sensitif untuk dibicarakan kedua negara. (*)

sumber: AFP