Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rupiah Melemah, Harga Ponsel di Batam Merangkak Naik
Oleh : Ali
Senin | 26-08-2013 | 12:15 WIB
Lucky_Plaza.jpg Honda-Batam
Pusat penjualan ponsel, Lucky Plaza ikut terimbas melemahnya mata uang rupiah.

BATAMTODAY.COM, Batam - Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang negara Singapura dan Amerika Serikat menjadikan keseluruhan nilai jual barang impor meroket seketika.

Hal tersebut dapat kita lihat pada penjualan ponsel non garansi, keramik yang rata-rata diimpor dari Singapura termasuk sayur mayur dari Malaysia yang masuk ke Kepri, khususnya Batam.

Seperti ponsel, kenaikan harga alat komunikasi ini sangat signifikan, khususnya untuk harga ponsel non garansi.

"Ponsel non garansi harganya naik semuanya karena kita belinya pakai Dolar Singapura. Saat ini harganya berbeda dengan kemarin, karena harga jualnya lebih tinggi daripada ponsel bergaransi resmi," kata Linda, pedagang HP di Lucky Plaza, Nagoya, Senin (26/8/2013)

Dia mencontohkan, sebelum melemahnya rupiah, harga Samsung S4 dengan harga Rp6,4 Juta sudah termasuk ongkos kirim untuk yang membeli diluar dari Batam. Namun pada masa sekarang Rp6,4 juta itu baru modal yang harus dikeluarkan.

"Pada saat dolar naik harga ponsel kita yang dari Singapura seperti Samsung S4 langsung kita jual Rp7 juta sesuai edaran yang disampaikan pengelola Lucky Plaza (Along) kepada para penjual ponsel di sini," terangnya.

Dengan naiknya mata uang Singapura yang berdampak pada tingginya harga ponsel non garansi dibanding ponsel bergaransi resmi. Omset penjualan menjadi berkurang, dari Rp 400 juta dengan penjualan sebanyak 100 unit per hari, namun saat ini untuk mendapatkan Rp 100 juta saja sudah sulit.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Lukas, pedagang ponsel di Botania. Melemahnya rupiah menyebabkan daya beli masyarakat untuk membeli ponsel menjadi turun.

"Cukup terasa saat kita menaikkan harga ponsel sekitar 10 persen. Pembeli menurun dan ada juga yang tak memahami," kata Lukas.

Kata Lukas, kondisi ini merupakan keunikan sistim perdagangan di Batam maupun Kepri yang memang harus ditanggung oleh para pelaku bisnis.

"Kalau di wilayah lain di Indonesia, kenaikan harga biasanya dipicu inflasi akibat kenaikan harga BBM, misalnya, namun kalau di Batam kita juga bergantung pada 'kuatnya' nilai rupiah," ujarnya serius.

Sementara itu, kenaikan harga juga terjadi pada alat material yakni keramik impor. Seperti keramik Doble Loading asal Cina ukuran 60x60 cm, sebelum dolar mengalami kenaikan dijual per meter peseginya Rp95 ribu, namun pada saat ini dijual Rp100 ribu.

Editor: Dodo