Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Malaysia Mengkhawatirkan
Oleh : Redaksi
Senin | 19-08-2013 | 12:01 WIB

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia mengkhawatirkan tingginya kasus kekerasan fisik dan pelecehan seksual yang menimpa anak-anak di bawah umur di negeri itu.

Mengutip catatan Kantor Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat Malaysia, yang dilansir New Straits Times, Senin (19/8/2013), kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak perempuan begitu mengkhawatirkan, bahkan angka kasus anak laki-laki yang dilecehkan secara seksual cukup signifikan. Pun anak-anak di bawah umur yang disiksa secara fisik dan ditelantarkan oleh pengasuhnya, mengalami peningkatan.

Data statistik pada kementerian tahun 2010 menunjukkan, sebanyak 3.257 anak menjadi korban pelecehan, dengan 1.019 di antaranya anak laki-laki. Angka tersebut menunjukkan kenaikan pada 2011 menjadi 3.428 kasus. Anak laki-laki yang menjadi korban juga meningkat menjadi 1.253 orang.

Tahun lalu, kasus pelecehan anak membengkak menjadi 3.831 kasus yang dilaporkan. Sementara korban perempuan muda mencapai 2.544 orang.

Sementara itu, ada sekitar 1.000 kasus kekerasan terhadap anak yang tercatat hingga Maret tahun 2013 ini.

Kementerian menyatakan, anak-anak mengalami penganiayaan fisik, seperti yang diklasifikasikan dalam Pasal 17 (1) (a) dan (b) Anak Act 2001, terdiri jumlah tertinggi kasus yang dicatat.

Sebanyak 846 dari 3.257 kasus yang terjadi pada tahun 2010 diklasifikasikan sebagai "kekerasan fisik", dengan 32 kasus yang tercatat sebagai "pelecehan emosional".

Kasus kekerasan fisik meningkat menjadi 1.062 kasus pada 2011, dan 1.080 kasus pada 2012.

Pada tahun 2010, sebanyak 871 perempuan dan 66 anak laki-laki mengalami pelecehan seksual. Catatan pada tahun berikutnya menunjukkan, 789 perempuan dan 35 laki-laki anak mengalami penganiayaan. Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu menjadi 908 perempuan dan 55 laki-laki.

Selama triwulan pertama 2013 saja, ada 268 kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak-anak perempuan, sementara pada korban anak laki-laki aad 13.

Kementerian juga mengungkapkan adanya peningkatan kasus anak-anak yang ditelantarkan. Tahun lalu, 1.051 anak-anak yang ditinggalkan oleh pengasuhnya dan kebutuhan dasar mereka, seperti pakaian, makanan dan pendidikan, diabaikan.

Menurut pihak kementerian, ini merupakan peningkatan dari 927 kasus penelantaran pada tahun 2010 dan 814 kasus pada tahun sebelumnya.

Data tersebut juga mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap anak biasanya terjadi dalam keluarga yang memiliki kombinasi "faktor risiko", yang termasuk orang tua atau wali dengan stres yang berhubungan dengan pekerjaan, masalah keuangan, dan perkawinan.

Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah lebih rentan terhadap pelanggaran, seperti status ekonomi keluarga.

"Ketidakmampuan orang tua untuk mengasuh anak-anak mereka dan diri mereka sendiri sambil menyeimbangkan pekerjaan yang penuh tekanan, adalah salah satu alasan mengapa mereka melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada anak-anak mereka," demikian pernyataan dari kementerian.

"Faktor eksternal, seperti jenis lingkungan, latar belakang keluarga, dan pengaruh media, juga saling berkait."

Data tersebut menunjukkan, jumlah kasus penganiayaan yang tertinggi berada di perumahan  liar dan perumahan murah. Selain itu, faktor himpitan ekonomi juga memberikan kesempatan bagi predator seksual untuk mengambil keuntungan dari anak-anak.

"Masyarakat, anggota keluarga dan tetangga, memainkan peran penting dalam mencegah kekerasan terhadap anak. Kami mendorong mereka untuk waspada dan laporkan kepada pihak berwenang jika melihat ada anak-anak yang dilecehkan," demikian imbauan kementerian. (*)

Editor: Dodo