Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cina Rasakan Dampak Keluarnya Modal Asing
Oleh : Redaksi
Selasa | 23-07-2013 | 20:59 WIB

BEIJING, batamtoday - Keluarnya modal asing dari Cina pada Juni, seiring dengan melambannya pertumbuhan ekonomi serta terhentinya penguatan nilai tukar yuan, turut berpengaruh dalam krisis kredit yang mencemaskan sistem perbankan Cina. 


Krisis kredit ini telah lumayan berkurang sejak bulan lalu lantaran bank sentral menyuntikkan likuiditas di pasar antarbank, sarana untuk bank saling meminjam satu sama lain. Namun krisis ini mendatangkan keraguan akan kekuatan sistem perbankan dan keuangan Cina.

Arus modal keluar neto pada Juni ini adalah pertama kalinya sejak November. Bank sentral, The People’s Bank of China (PBC), dan lembaga-lembaga finansial, menjual mata uang asing bernilai hingga 41,2 miliar yuan pada Juni. Sementara pada Mei mata uang asing yang dibeli bernilai 66,86 miliar yuan, demikian menurut perhitungan The Wall Street Journal berdasarkan data PBC yang dirilis pada Senin (22/7/2013).

Sebagian besar penjualan atau pembelian itu dilakukan oleh bank sentral. Analis menganggap angka-angka itu sebagai indikator utama arus keluar dan masuknya modal asing ke Cina.

Menurut analis, rendahnya pembelian mata uang asing itu juga mencerminkan penurunan ekspor Juni sebesar 3,1 persen jika dibandingkan periode yang sama setahun lalu. Ekspor berkurang lantaran merosotnya permintaan luar negeri dan aturan pelaporan yang lebih ketat. Cina memang tengah memburu eksportir yang melebih-lebihkan jumlah ekspornya guna mendapat potongan pajak.

“Pada Juni terdapat penurunan arus modal asing yang masuk. (Penyebabnya adalah) apresiasi yuan yang mulai kehabisan bensin dan dampak pengawasan catatan perdagangan yang mulai terasa,” ujar Li Wei, ekonom di Standard Chartered Bank.

Total mata uang domestik yang digunakan untuk membeli mata uang asing pada akhir Juni adalah sebesar 27,39 triliun yuan, demikian menurut data PBC. Ini lebih rendah dari 27,43 triliun pada akhir Mei.

Bank-bank Cina terjebak dalam krisis kredit yang dimulai pada akhir Mei, akibat sejumlah faktor seperti berkurangnya pasokan modal asing, pembayaran pajak musiman, dan ketidaksesuaian antara pendanaan jangka pendek dengan kredit jangka panjang perbankan.

Suku bunga pinjaman di pasar antarbank meroket hingga 30 persen pada 20 Juni, puncak krisis kredit. Sejak saat itu suku bunga jatuh drastis dan berputar di sekitar 3,1 persen pada Senin, mendekati level pra-krisis kredit.

Bank sentral Cina telah menyuntikkan 195,1 miliar yuan ke pasar antarbank sejak awal Juni, sehingga turut meringankan beban bank-bank komersial. Li memprediksi arus keluar modal ini tidak akan terus terjadi, mengingat bank sentral kembali dapat menaikkan nilai tukar yuan yang sempat terhenti sejenak. Sejauh ini nilai tukar yuan atas dolar AS telah naik sekitar 1,5 persen kendati sempat stagnan. (*)

sumber: The Wall Street Journal