Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Sedih TKI Deportasi dari Malaysia

Gaji Tak Didapat, Siksaan yang Mendarat di Badan
Oleh : Irwan Hirzal
Selasa | 23-07-2013 | 16:45 WIB
tki_deportasi_misna.jpg Honda-Batam
Misna (berbaring) saat berada di shelter Dinsos Batam.

BATAM, batamtoday  - Sebanyak tiga orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dideportasi dari Malaysia melalui Terminal Ferry Internasional Batam Centre, Selasa (23/7/2013) siang. Ketiganya terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.

Seperti yang sudah-sudah, nyaris tak ada kabar ceria yang mengiringi kedatangan para pahlawan devisa. Kisah sedih selalu menjadi pelengkap penderita para TKI yang dideportasi pemerintah negara serumpun itu.

Seperti Misna (33). Perempuan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat ini sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit Malaysia lantaran mendapat siksaan dari majikannya.

"Satu bulan saya dirawat dan bekas luka siksaan itu hingga kini masih ada. Saya juga tak bisa berpuasa sejak awal," kata Misna sambil tiduran dengan mata menerawang ke plafon shelter Dinas Sosial Kota Batam, Sekupang.

Hanya sedikit baju dalam tas serta uang yang disembunyikan selama dirinya berada di Malaysia. Misna mengaku, selama dua tahun berada di Negeri Jiran itu, bisa dihitung dengan jari satu tangan dirinya menerima gaji dari majikan.

Hal serupa juga dialami oleh Arif (22). Pria asal Jombang ini nekat kabur dari tempat kerjanya lantaran merasa diperlakukan seperti binatang. Laksana era penjajahan Jepang yang identik dengan romusha, Arif mengaku harus bekerja dari pagi sampai malam di sebuah pabrik elektronik.

"Satu tahun saya kerja dan tak pernah terima gaji," kata dia.

Saat bekerja, Arif mengatakan dirinya hanya diberi makan sekali dan itupun tak layak. Setelah sempat sakit selama seminggu, Arif akhirnya dibawa ke Konsulat Jenderal RI di Johor, sebelum akhirnya dipulangkan ke Indonesia melalui Batam.

Sementara itu, salah satu petugas petugas Dinas Sosial Kota Batam, Yusup mengatakan untuk sementara ini ketiga TKI ditampung di shelter sebelum dipulangkan ke kampung halamannya.

"Kita tunggu sampai mentalnya pulih baru dipulangkan dengan menggunakan KM Kelud," ujarnya.

Editor: Dodo