Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Antisipasi Melambatnya Ekonomi Cina
Oleh : Redaksi
Senin | 22-07-2013 | 20:55 WIB

JAKARTA, batamtoday - Pemerintah telah mempersiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi dampak melambatnya perekonomian dunia, khususnya Cina.  Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, di Jakarta, seperti ditulis laman Kementerian Keuangan, Senin (22/7/2013).


Seperti diketahui, melambatnya perekonomian Cina pada kuartal II 2013, sebagaimana tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 7,5 persen atau lebih rendah dibanding kuartal I-2013 sebesar 7,7 persen.

“Pasca-pengumuman perlambatan ekonomi Cina dan kebijakan The Fed, pemerintah terus menjaga tekanan lebih dalam dan mendorong fundamental ekonomi dengan mempertahankan daya beli masyarakat sebagai mesin pertumbuhan nasional. Selain itu, dari sisi belanja pemerintah (modal, barang dan pegawai) juga terus didorong untuk untuk menahan tekanan ekonomi pasca-perlambatan Cina,” kata Firmanzah.

Ia menjelaskan bahwa melambatnya perekonomian Cina akan menjadi sentimen negatif bagi sejumlah indikator global dan memberi tekanan pada pertumbuhan negara-negara lain termasuk Indonesia. Menurut Firmanzah, guna meredam dampak perlambatan ekonominya, Pemerintah Cina mulai mengurangi ketergantungan kepada ekspor, sektor konstruksi dan industri berat untuk menghindari overheating economy serta lebih mendorong konsumsi dalam negeri.  

Pemerintah Cina sendiri telah secara perlahan mengurangi insentif dan keringanan bagi industri berat yang mengalami kapasitas berlebih, serta telah menaikkan upah minimum dan juga memperlonggar kendali suku bunga guna meningkatkan imbal hasil bunga. Di samping itu, Pemerintah Cina juga memberikan keringanan pajak dan insentif untuk industri yang melayani konsumsi domestik.

Dampak kebijakan Cina itu, menurut Firmanzah, telah berpengaruh langsung pada perekonomian global. Sebagai negara yang mengkonsumsi minyak terbesar di dunia, perlambatan ekonomi di Cina juga telah menekan harga minyak. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 60 sen menjadi 108,21 dolar AS per barel. (*)

Editor: Dodo