Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lebih Dua Juta Orang Meninggal Setiap Tahun Akibat Polusi Udara
Oleh : Dodo
Sabtu | 13-07-2013 | 09:16 WIB

NORTH CAROLINA - Lebih dari dua juta kematian terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya akibat polusi udara yang disebabkan langsung oleh manusia, demikian sebuah studi baru menemukan fakta tersebut.

Jika sebelumnya perubahan iklim dapat memperburuk efek dari polusi udara dan meningkatkan angka kematian, namun penelitian menunjukkan bahwa hal ini memiliki efek minimal dan hanya menyumbang sebagian kecil dari kematian saat ini yang berkaitan dengan polusi udara.

Penelitian yang telah diterbitkan Jumat (12/7/2013) di IOP Publishing jurnal Environmental Research Letters, memperkirakan bahwa sekitar 470.000 orang meninggal setiap tahun karena ulah manusia yang merusak ozon semakin meningkat.

Penelitian itu juga memprediksi bahwa sekitar 2,1 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh ulah manusia telah menyebabkan peningkatan partikulat (PM2.5) - partikel kecil tersuspensi di udara yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru - yang menyebabkan kanker dan penyakit pernapasan lainnya.

Co-author yang terlibat dalam studi, Jason Barat, dari University of North Carolina, sebagaimana yang dilansir ScienceDaily, mengatakan, "Perkiraan kami bahwa mengotori lingkungan dengan polusi udara menjadi faktor risiko bagi kesehatan. Kematian ini diperkirakan banyak terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan yang populasi penduduknya padat dan polusi udara yang parah."

Bagaimanapun juga, menurut penelitian, jumlah kematian ini yang dapat dikaitkan dengan perubahan iklim sejak era industri, hanyalah relatif kecil. Ini memperkirakan bahwa perubahan iklim hanya menyebabkan 1.500 kematian akibat ozon, dan 2.200 kematian yang berkaitan dengan PM2.5 setiap tahunnya.

Dalam banyak hal, perubahan iklim yang mempengaruhi kualitas udara mungkin menyebabkan kenaikan atau penurunan polusi udara di tingkat lokal. Misalnya, suhu dan kelembaban dapat mengubah laju reaksi yang menentukan formasi atau polutan seumur hidup, dan curah hujan dapat menentukan waktu penumpukan polusi.

Suhu yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan emisi senyawa organik dari pohon, yang kemudian dapat bereaksi di atmosfer membentuk ozon dan partikel.

"Sangat sedikit studi yang berusaha untuk memperkirakan dampak perubahan iklim masa lalu terhadap kualitas udara dan kesehatan. Kami menemukan bahwa efek dari perubahan iklim masa lalu cenderung menjadi komponen yang sangat kecil dari keseluruhan efek dari polusi udara," lanjut Barat.

Dalam studi mereka, para peneliti menggunakan sebuah rekaan dari model iklim untuk mensimulasikan konsentrasi ozon dan PM2.5 di tahun 2000 dan 1850. Sebanyak 14 model simulasi tingkat ozon dan enam model tingkat simulasi PM2.5.

Studi epidemiologi sebelumnya kemudian digunakan untuk menilai bagaimana konsentrasi tertentu polusi udara dari model iklim yang berkaitan dengan angka kematian global saat ini. Hasil para peneliti sebanding dengan penelitian sebelumnya yang telah menganalisis polusi udara dan kematian. Namun, ada beberapa variasi tergantung pada model iklim yang digunakan.

"Kami juga telah menemukan bahwa ada ketidakpastian yang signifikan berdasarkan penyebaran antara model atmosfer yang berbeda. Kami berhati-hati menggunakan model tunggal di masa depan, karena beberapa studi telah dilakukan," lanjut Barat. (*)

sumber : sciencedaily.com