Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Puasa Tak Surutkan Semangat Kerja Ibrahim
Oleh : Irwan Hirzal
Jum'at | 12-07-2013 | 13:42 WIB
ibrahim_porter.jpg Honda-Batam
Ibrahim saat mengangkut barang milik penumpang di PDS. Puasa tak menyurutkan semangatnya untuk bekerja.

BATAM, batamtoday - Suasana Pelabuhan Domestik Sekupang sangat ramai. Hiruk pikuk suara penjaja tiket bercampur dengan peluit kapal yang sahut menyahut, mewarnai Jumat (12/7/2013) yang panas menyengat.

Di sudut terminal kedatangan, tampak seorang pria berperawakan besar duduk di lantai sambil sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Di sampingnya, tampak sebuah gerobak yang digunakan untuk mengangkut barang bawaan.

Dialah Ibrahim (48), pria kelahiran 16 Desember 1965 yang sudah sejak 22 tahun lalu bertungkus lumus menjadi porter di pelabuhan paling legendaris di Batam itu.

"Bapak puasa juga ya?," tanya batamtoday ketika menghampiri Ibrahim.

Dijawabnya sambil tersenyum, sejak 1991, meski bekerja sebagai kuli angkut, Ibrahim tak pernah melewatkan puasa di bulan Ramadhan. Sebagai seorang Muslim, dia tak mau melewatkan begitu saja datangnya bulan penuh rahmat.

"Saya sejak tahun 1991 sudah bekerja sebagai pengangkut barang penumpang. Mau itu puasa atau tidak, semua pekerjaan jika tidak dibarengi dengan hati dan kemauan pasti akan sulit dilewati," kata Ibrahim.

Menurut pria satu anak yang tinggal di Tiban Housing ini, puasa dilakukan sebenarnya dari hati. Walaupun banyak godaan, namun puasa satu bulan penuh belum pernah ia tinggalkan meski banyak rekan sekerja yang mengajak makan atau membatalkan puasa. 

"Ditraktir pun saya tak mau, karena puasa bagi saya adalah kewajiban," kata dia mantap.

Dia mengaku di hari kedua kemarin sempat tak sahur. Namun hal itu tak membuat dirinya meninggalkan puasa meski harus melayani penumpang mengangkut barang bawaan yang lumayan berat dari halaman parkir hingga ke kapal.

Rezeki yang didapatnya juga tak selalu banyak. Terkadang ada yang memberinya lebih, namun tak jarang yang memberinya Rp2 ribu sekali angkut.

"Saya terima dengan senang hati karena itu rezeki dari Tuhan," kata Ibrahim.

Dalam menjalankan aktivitasnya, Ibrahim bekerja mendasarkan keberangkatan dan kedatangan kapal ferry.

Dia mengisahkan, perjalanannya menjadi porter memang tak semudah orang berbicara. Terlebih, ketika awal menjalani pekerjaan itu, dia hanya mengandalkan otot dan stamina prima. Maklum saat itu belum ada gerobak dorong seperti sekarang.

"Tahun 1991 mana ada gerobak. Dulu masih porter masih memikul barang, pastinya tenaga dikuras. Bayangkan saja dari parkir mobil menuju kapal berapa jarak yang harus ditempuh dan tenaga yang harus di keluarkan serta berapa pendapatan yang harus diterima," ujarnya.

Namun demikian, apapun keadannya, Ibrahim tetap bersyukur dan menjalani aktivitasnya dengan penuh keriangan.

"Puasa itu wajib bagi saya dan bekerja seberat apapun adalah bagian dari ibadah," pungkasnya seraya meninggalkan batamtoday untuk mengangkut barang milik penumpang.

Editor: Dodo