Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

MPR Ajak Masyarakat Ajarkan Empat Pilar di Keluarga
Oleh : Surya Irawan
Senin | 24-06-2013 | 17:50 WIB
melani.jpg Honda-Batam

Wakil Ketua MPR Melani Leimina Suharli

JAKARTA, batamtoday - Prinsip-prinsip nilai Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang populer dikenal sebagai 4 pilar bangsa sekarang ini bisa diajarkan dan ditanamkan kepada anak usia dini.

 Yakni dengan menumbuhkan kasih sayang, penghargaan, kejujuran, kerukunan, kedamaian, kesantunan dan keteladanan lainnya serta nasionalisme di dalam keluarga. Hal itu dimulai orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya.

"Semua itu membutuhkan peran perempuan, karena berbicara anak-anak dalam keluarga itu sangat luas. Baik menyangkut pendidikan, ekonomi, sosial budaya, lingkungan alam, semua anak yang berwarna kulit hitam, cokelat, kuning, dan putih serta yang beragama Islam, Kristen, Budha, dan Hindu itu adalah sama-sama anak bangsa ini," tutur Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli pada diskusi 'Peran perempuan dalam aplikasi 4 pilar melalui keluarga dan rumah tangga' bersama,  Kak Seto Mulyadi,  dan Ully Sigar Rusadi di Gedung MPR RI Jakarta, Senin (24/6/2013).

Meleni memprihatinkan dunia anak-anak saat ini yang seolah tak mendapatkan pelajaran berarti dari keluarga dan sekolah, karena tak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

"Padahal, dengan sikap dan keteladanan orang tua dan guru di sekolah melalui sebuah cerita atau dongeng, itu bisa diajarkan dengan tanpa menyuebut 4 pilar bangsa. Untuk itu, kurikulum Pancasila, budi pekerti, dan sopan santun, kini masuk dalam kurikulum pendidikan. Semoga langkah itu mempekuat rasa kebangsaan ini," tambah politisi Demokrat itu.

Diakui Kak Seto, jika pelajaran sangat efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan itu memang dengan keteladanan, karena anak-anak memang belum paham dengan apa yang disebut sebagai 4 pilar tersebut. 

Misalnya tentang sopan-santun, menghargai orang lain, jujur, menghormati orang tua, tak boleh melakukan kekerasan, tak boleh bentak-bentak, dan sebagainya.

"Itu contoh paling efektif yang bisa dilakukan orang tua di dalam rumah dengan bahasa anak-anak," kata Kak Seto. 

Menurut Kak Seto, semua anak itu cerdas meski pada bidang dan tingkatan yang berbeda-beda. Orang tua pun katanya, harus belajar menghargai anak-anaknya, dan bukan sebaliknya. 

Sebab, penghargaan itu, anak akan mulai belajar menghargai orang lain, mulai sopan, jujur, dan tentu akan menghormati orang tua. Karena itu Kak Seto, melakukan gerakan stop  kekerasan terhadap anak yang dibentuk dari tingkat RT dan RW sebagai langkah peduli terhadap perlindungan anak.

Ully meyakinkan jika peran itu akan ditentkan dalam keluarga dengan menjalankan 8 fungsi keluarga antara lain pertama, peran agama dengan memahami dan mendidik nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan ajaran agama. 

Kedua, peran sosial budaya dengan melestarikan budaya timur yang luhur dengan jiwa nasionalisme. 

Ketiga, peran cinta kasih dengan mempererat cinta kasih dengan memelihara kerukunan semua anggota keluarga.

Keempat, proteksi dengan memberikan dan mengarahkan semua anggota keluarga dalam menghadapi pengaruh dari luar. 

Kelima sosialisasi dan pendidikan dengan mempersiapkan serta membekali anak-anak menyongsong masa depan berdasarkan 4 pilar bangsa.

Keenam, peran ekonomi untuk memberikan motivasi untuk ikut aktif berpatisipasi dalam pembangunan ekonomi.

Ketujuh adalah lingkungan hidup dengan menciptakan generasi cinta tanah air dalam memelihara keseimbangan antara manusia yang sehat lahir bathin, sosial masyarakat serta lingkungan yang sehat.

Editor : Surya