Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Urutan Keempat Harapan Hidup Dunia
Oleh : Dodo
Selasa | 28-05-2013 | 15:02 WIB

SINGAPURA - Badan Kesehatan Dunia WHO mengungkap angka harapan hidup terbaru orang Singapura kini menempati urutan keempat dunia.

Rata-rata harapan hidup orang Singapura mencapai umur 82 tahun pada 2011, yang berbagi sama dengan rata-rata harapan hidup orang Italia. Wanita Singapura rata-rata bisa hidup sampai usia 85 tahun, sementara kelompok prianya berusia 80 tahun.

Tiga negara menduduki posisi teratas adalah Jepang (rata-rata umur pria 82 tahun, dan perempuan 86 tahun), diikuti oleh Swiss dan San Marino. Tiga negara itu melampaui harapan hidup rata-rata 83 tahun, padahal harapan hidup rata-rata dunia hanya 70 tahun. Paling parah Sierra Leone yang kebanyakan warganya meninggal pada usia 47 tahun.

WHO juga melaporkan harapan hidup warga dunia yang sekarang dibanding posisi 1990 dan 2000. Pada 1990, Singapura masih menduduki peringkat 29 dunia dengan rata-rata harapan hidup mencapai 75 tahun. Jepang dan San marino (yang hanya berpenduduk 33.000 jiwa) bersama Italia mencapai rata-rata usia 79 tahun.

Dr Chia Shi Lu, anggota Komisi Kesehatan Parlemen Pemerintah Singapura, mengatakan “faktor kunci” tingginya harapan hidup panjang orang Singapura “adalah karena pelayanan kesehatan yang istimewa terhadap anak-anak dan para ibu serta program pencegahan penyakit anak,” seperti ditulis The Straits Times, Senin (27/5/2013).

Angka kematian bayi Singapura adalah yang terendah di dunia (2,59 persen dari setiap 1.000 kelahiran hidup) dan kematian ibu yang juga terendah.

Kenyataan ini diperkuat oleh pendapat anggota parlemen Tanjong Pagar, Prof Chia Kee Seng, yang juga seorang dokter. Katanya, “Kepedulian kesehatan di Singapura dilakukan pada tingkat pencegahan dan penyembuhan yang sangat bagus dan mudah diakses.”

Populasi Jepang dan Singapura kini mulai didominasi kelompok umur tua yang tidak produktif, justru karena pelayanan kesehatan yang baik. Mereka menjadi beban generasi yang lebih muda, sehingga denpendensi rationya tinggi. Orang muda Singapura menjadi tulang punggung menyediakan layanan hidup nyaman bagi para manulanya.

Banyak orang Singapura enggan menikah, apalagi punya anak. Pemerintah Singapura malah mendorong mereka menikah, punya anak, dan mendapat insentif: setiap satu dolar orang Singapura menabung buat anaknya, pemerintah akan memberi tabungan gratis sedolar pula. Namun orang Singapura tetap enggan menikah dan punya anak.

Pemerintahnya malah berencana mengimpor orang luar negeri untuk dianugerahi kewarganegaraan Singapura. Rencana ini ditentang keras oleh warga Singapura yang merasa nyaman dengan populasi sekarang.

Saking takutnya rakyat terhadap kebijakan kependudukan baru ini, beberapa bulan silam terjadi demo besar-besaran pertama di Speaker Corner di kawasan bisnis negara pulau itu. Mereka menolak pemerintah Singapura memasukkan jutaan warga asing menjadi warga negara Singapura.

Para pendatang ini dianggap akan mengambil lowongan kerja. Orang asing diperkirakan akan menjadi pemicu disharmoni antarwarga dan pasti menimbulkan masalah-masalah sosial.

“Orang dari Tiongkok membawa duit kontan membeli properti di Singapura. Saya keturunan China, tapi merasa tak nyaman kalau ada orang kaya baru dari Tiongkok tinggal di sini,” ujar seorang pedagang jam di kawasan Orchard kepada Inilah.com.

Sumber: Inilah.com