Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Segera Salip Swiss di Bisnis Perbankan
Oleh : Dodo
Sabtu | 18-05-2013 | 13:32 WIB

SINGAPURA - Singapura diprediksi akan segera menyalip Swiss sebagai negara penampung dana asing terbanyak di dunia. Menurut perusahaan riset London, WealthInsight, Singapura akan menjadi negara pusat kekayaan global pada 2020.

Diberitakan CNN pekan ini, saat ini Swiss masih merajai perbankan dunia dengan dana kelolaan sebesar US$2,8 triliun, atau sekitar 34 persen dari industri perbankan swasta global. Setelah Swiss, raja perbankan dunia lainnya adalah Inggris dan Channel Islands dengan dana kelolaan sebesar US$1,8 triliun dan Karibia dan Panama yang mengelola dana US$800 miliar.

Singapura menempati posisi keempat dengan dana kelolaan sebesar US$550 miliar pada akhir 2011. Sebanyak US$450 miliar dari dana ini adalah milik nasabah asing. Padahal pada tahun 2000, Singapura hanya mengelola dana sebesar US$50 miliar.

Para ahli memprediksi Singapura akan merajai perbankan global. Hal ini terutama karena dampak krisis Eropa yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan nasabah Amerika dan investor Eropa pada Swiss. Selain itu, sistem perbankan Swiss dinilai memiliki peraturan terlalu ketat dan undang-undang perbankan yang merepotkan, jika dibandingkan perbankan Asia.

"Sementara Singapura memiliki pemerintahan yang stabil, sistem hukum transparan, sejarah manajemen investasi yang baik, dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, ini sangat membantu dan membuatnya sebagai tujuan para nasabah," kata Chris Wheeler, analis dari Mediobanca.

Selain itu, kata Wheeler, semakin banyaknya jumlah orang kaya dari China, India dan Indonesia juga menjadi pemancing nasabah dan investor dunia melirik Asia yang memiliki tingkat pajak rendah.

Para pengusaha dan miliuner Asia kebanyakan memilih menempatkan uang mereka di negara lain. Hal ini demi diversifikasi resiko atau mencari lembaga keuangan yang mumpuni di kawasan.

Karena itulah, diperkirakan dana kelolaan Singapura akan naik empat kali lipat pada 2016. Sementara Swiss yang terkena getah krisis Eropa akan anjlok hingga sepertiganya dengan dana kelolaan diperkirakan berada di bawah US$2 triliun.

Sumber: viva.co.id