Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ekspor ke Jepang Maret Turun 50 Persen
Oleh : Redaksi/Andri
Jum'at | 01-04-2011 | 16:33 WIB
suasana_pabrik_batam.jpg Honda-Batam

Suasana kerja sebuah pabrik di Batam. Industri manufaktur ini disinyalir terganggu produktifitasnya sebesar 30 persen. (foto:ist)

Jakarta, batamtoday -  Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ekspor ke Jepang di Maret 2011 mengalami penurunan yang signifikan hingga 50 Persen, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.




Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan pada Maret 2011, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mengalami penurunan hingga 25 Persen dan penurunan volume mencapai 50 Persen. 

“Tapi pantauan kita kalau ke ekspor ke semua negara masih ada indikasi kenaikan di bulan Maret  [2011]," kata Rusman dalam keterangan persnya, Jum'at 1 April 2011.

Menurut Rusman, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak terlalu memberikan dampak signifikan untuk ekspor. BPS mencatat pada Februari 2011 ekspor Indonesia mencapai US$14,40 miliar. Angka itu mengalami penurunan 1,42% jika dibandingkan ekspor Januari 2011. Jika dibandingkan dengan Februari 2010 ekspor mengalami peningkatan sebesar 28,94%.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2011 mencapai US$29 miliar atau meningkat 27,42% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai US$23,83 ,miliar atau meningkat 30,64%.

Untuk ekspor nonmigas pada Februari 2011 mencapai US$11,84 miliar atau turun 1,25% dibandingkan Januari 2011. Dibandingkan eskpor Februari 2010 meningkat 31,69%. Penurunan ekspor nonmigas terbesar pada Februari 2011 terjadi pada kelompok barang lemak dan minyak nabati sebesar US$439,3 juta sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$111,2 juta.

Ekspor nonmigas ke Jepang pada Februari 2011 mencapai angka terbesar yakni US$1,66 miliar, disusul AS sebesar US$1,25 miliar, dan China sebesar US$1,18 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,57%. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,49 miliar.

Pada Maret 2011, BPS mengumumkan terjadi deflasi -0,32%, di mana deflasi tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang 4 tahun terakhir. Catatan tertinggi selama kurun waktu tersebut pernah terjadi deflasi -0,31% pada April 2009. Kemudian pada Januari 2009 deflasi -0,07% dan Desember 2008 sebesar -0,04%.

Pada komponen inti pada Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 0,25% atau terjadi kenaikan indeks dari 121,24 pada Februari 2011 menjadi 121,54 pada Maret 2011 dan komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi 0,21%. Komponen yang bergejolak mengalami deflasi 2,28%.

Inflasi komponen inti, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen bergejolak untuk inflasi Januari-maret 2011 masing-masing 1,06%, 0,79%, dan -0,39%. Sedangkan inflasi yoy (Maret 2011 terhadap Maret 2011) masing-masing 4,45%, 5,48%, dan 15,17%.

“April [2011] sinyal kenaikan harga belum terjadi. Kalau ada inflasi di April, inflasinya tidak signifikan karena  ada panen raya dan barang-barang yang lain pasokannya bertambah,” ujar Rusman.