Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kurs IDR Di Pasar Valas Antar Bank Menguat 4 Poin

Inflasi Asia Dorong Rupiah Menguat
Oleh : sumantri
Senin | 28-03-2011 | 15:03 WIB
Ilustrasi_Transaksi_Rupiah.jpg Honda-Batam

Rupiah Di Pasar Spot Valas Antar Bank Diprediksi Menguat Ditopang oleh Kenaikkan Inflasi Asia, Hingga Saat ini Penguatan Rupiah baru mencapai 0,04%

Batam, batamtoday - Memasuki Penutupan perdagangan Sesi II, hari ini Senin, 28 Maret 2011, Perdagangan di lantai Bursa sedikit diwarnai oleh isu Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta yang cenderung menguat. Ekspektasi kenaikan inflasi China, Thailand dan Indonesia yang bakal dirilis pekan ini jadi katalis utamanya.

Data dari situs resmi Bank Indonesia (BI) menunjukkan Nilai ukar Rupiah di pasar spot valas antar bank per 28 Maret 2011 berada di level Rp 8762.00 per Dolar Amerika.

Albertus Christian K, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures melalui komunikasi data, kepada batamtoday, Senin 28 Maret 2011 mengungkapkan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini salah satunya karena pelaku pasar yang akan fokus pada harga minyak yang kembali liar ke atas US$105 per barel. Sebab, konflik di Libya dan Timur Tengah masih berlanjut sehingga mendorong kenaikan inflasi di beberapa negara Asia yang akan dirilis pekan ini.

"Di antaranya adalah Consumer Price Index (CPI) Korea Selatan, Thailand dan Indonesia. Kenaikan inflasi itu memicu ekspektasi, kenaikan suku bunga acuan. Sebab, level saat ini dinilai pasat  terlalu rendah dibandingkan inflasi. Karena itu, rupiah akan menguat dan bergerak dalam kisaran 8.670-8.725 per dolar Amerika Serikat,” paparnya, kepada batamtoday, Senin 28 Maret 2011.

Apalagi, lanjut Christian, Bank Indonesia sendiri mengatakan, tingkat harga konsumen masih bertahan di level tinggi. Sementara inflasi Februari di level 6,75%. Artinya sudah di atas target BI sendiri antara 4-6%. Sehingga sedikit  menimbulkan kekhawatiran akan tingkat suku bunga terlampau rendah jika dibandingkan laju inflasi. 

"Jika melihat harga minyak yang kembali meroket ke atas US$105 per barel, inflasi bisa naik. Kalaupun Maret ini terjadi deflasi, hanya seasonal saja," ungkap Christian.

Di sisi lain, data Monex Investindo juga menunjukkan bahwa penguatan rupiah juga mendapat dukungan dari factory output di China yang sudah diperkirakan naik. Lalu, the Purchasing Managers Index (PMI) China juga dieskpektasikan akan naik ke level tertinggi 2 bulan terakhir.

"Karena itu, tidak ada kekhawatiran imbas gempa Jepang, akan menurunkan laju pertumbuhan China," imbuh Christian. Hingga saat ini kurs rupiah di pasar spot valas antar bank menguat 4 poin (0,04%) dikisaran 8.712 - 8.762 per dolar Amerika Serikat.