Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Maruli, Korban Planet Berdarah yang Masih Terlunta-lunta
Oleh : Hendra Zaimi
Selasa | 26-03-2013 | 13:34 WIB
Maruli-Nainggolan-1.jpg Honda-Batam
Maruli, korban kerusuhan Planet Berdarah yang hidupnya kini terlunta-lunta.

BATAM, batamtoday - Insiden kerusuhan berdarah di Planet Holiday, Jodoh yang menewaskan satu korban jiwa, sudah hampir sembilan bulan berlalu. Namun bentrok berdarah yang terjadi pada Senin pertengahan Juni 2012 lalu itu masih menyimpan rasa duka yang mendalam bagi Maruli Nainggolan (39), salah satu korban dalam peristiwa tersebut.


Maruli terpaksa harus merelakan jari jempol dan jari telunjuk tangan kanannya putus akibat ditebas parang dalam peristiwa yang sempat menghebohkan warga Batam ini. Hingga kini, Maruli tak bisa melakukan aktivitas layaknya manusia normal dalam mengisi kegiatan sehari-hari.

Akibat bentrok berdarah itu, Maruli terpaksa dilarikan di RS Budi Kemuliaan dan mendapatkan perawatan intensif selama satu minggu, bahkan dia sempat tak sadarkan diri selama dua hari karena banyak kehilangan darah dari luka bacok yang dialaminya.

Setelah satu minggu menjalani perawatan di rumah sakit, Maruli kemudian bisa pulang ke rumah dan menetap selama empat bulan di kediaman kerabatnya di Sei Pancur. Selama masa penyembuhan ini Maruli sama sekali tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Mau makan dan mandi saja saya harus dibantu, sama sekali tak bisa berbuat apa-apa waktu itu," kata Maruli kepada batamtoday di daerah Pasar Angkasa, Nagoya, Selasa (16/3/2013).

Bahkan, Maruli sempat berputus asa karena tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sebab, menurutnya, dia tak bisa membayangkan dan mengingat peristiwa berdarah itu serta merasa tak yakin bisa terlibat pada kejadian tersebut.

"Entah mengapa saya bisa bergabung dengan mereka untuk ke Planet, padahal saya sama sekali tak kenal mereka," lanjut Maruli.

Kini untuk menyambung hidup sehari-hari, Maruli hanya bisa bekerja serabutan dengan membantu usaha salah satu kerabatnya di Pasar Angkasa Nagoya, menjual barang-barang bekas, dan itupun tak dapat dilakukan secara maksimal sebab Maruli tak bisa bekerja yang berat.

"Saya tak bisa bekerja yang berat-berat saat ini, sebab luka yang saya alami ini menjadi luka cacat seumur hidup yang terpaksa saya alami," terangnya.

Usaha yang dilakukannya sekarang, untuk mengumpulkan uang agar dapat berobat ke rumah sakit untuk melepas pen yang tertanam di tangan kirinya, sebab sudah seharusnya dilepas usai mendapatkan perawatan media beberapa waktu lalu.

"Sekarang saya hanya berpikir bagaimana mendapatkan uang untuk berobat dan melepas pen yang masih tertanam di tangan kiri saya ini, sehingga jika pen itu dilepas semoga saya dapat bekerja dan tak membebani orang lain lagi," kata Maruli menyampaikan harapannya itu.

Disinggung apakah ada bantuan yang pernah didapatnya setelah mengalami peristiwa itu, baik dari pemerintah ataupun dari pihak lain, Maruli mengatakan pascakejadian itu dia hanya sekedar mendapatkan biaya perobatan yang diberikan Pemko Batam.

"Tak ada bantuan apapun selain biaya perobatan dari Pemko Batam. Saya tak menuntut banyak saat ini, saya hanya minta ada pihak yang bisa membantu biaya perobatan agar bisa melepaskan pen yang tertanam di tangan saya ini," kata Maruli mengakhiri.

Editor: Dodo