Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bantuan Minim, Rumah Korban Puting Beliung di Nongsa Tak Terbangun Kembali
Oleh : Ali
Sabtu | 23-03-2013 | 16:34 WIB
rumah jawiyah.jpg Honda-Batam
RumahSiti Jawiyah yang tersapu puting beliung tak terbangun kembali akibat minimnya bantuan.

BATAM, batamtoday - Sekitar dua bulan lebih Siti Jawiah (58) harus mengungsi ke rumah anaknya. Pasalnya, akibat terjadinya musibah puting beliung pada 8 Januari 2013 lalu hingga saat ini wanita paruh baya ini belum dapat membangun kembali rumahnya di RT 02, RW4, No 106, Kampung Jabi, Kecamatan Nongsa seperti sedia kala.

Ditemui di rumah anaknya, Abdul Razak (38) di RT03/RW04 No. 134 Kampung Jabi, Kecamatan Nongsa, Jawiyah mengatakan bantuan sebesar Rp4 juta untuk kategori rumah rusak parah yang diterimannya melalui bantuan bencana alam dari Provinsi Kepri dan Kota Batam belum bisa untuk membangun kembali seutuhnya.

Jawiyah mengaku bantuan tunai tersebut hanya dapat membeli material seadanya, seperti batako, semen dan seng. Material tersebut dirasa juga masih jauh dari cukup untuk membangun rumahnya kembali sebesar 7x5 meter di atas lahan seluas 60 meter persegi.

"Makanya sampai sekarang ibuk terpaksa masih menumpang di rumah anak ini. Dengan bantuan ala kadarnya dari pemerintah, ibu bangun pelan-pelan," ujarnnya dengan lesu, Sabtu (23/3/2013).

Untuk membangun rumahnya kembali yang telah porak poranda akibat dihantam pohon mangga akibat puting belung tersebut, membutuhkan biaya sebesar Rp25 juta. Dengan asumsi upah tukang sebesar Rp12 juta dan kebutuhan material sebesar Rp13 juta-an.

Ironisnya, baik Siti Jawiah maupun anaknya Abdul Razak mengaku bahwa Wali Kota Batam Ahmad Dahlan adalah saudaranya, termasuk saudara kental dari seorang anggota Komisi IV DPRD Kota Batam Muhamad Yunus, Spi.

Bahkan, rumah kader Partai Demokrat ini bersebelahan dari rumah Siti Jawiyah. Dia mengaku belum pernah dikunjungi Ahmad Dahlan, maupun Wakil Wali Kota Batam Rudi, termasuk Muhammad Yunus, usai bencana alam menimpanya.

"Semenjak kejadian itu, Yunus tidak pernah bertanya apa kekuarang atau bantuan yang perlu diberikan. Setidaknya dia lihat sendiri rumah kakaknya ini masih belum bisa terbangun dan dapat memberikan solusi," ujar Jawiyah yang mengaku per bulannya hanya mendapat pengasilan dari jual kelapa sebesar Rp600 ribu.

Dari bahan material yang diberikannya, kiitansi sudah diserahkan ke Kantor Kelurahan Batubesar, dari total pembelian material berjumlah Rp3.988.000.

"Bahkan, uang sisanya Rp2.000 diminta oleh petugas keluarahan. Katanya untuk menyesuaikan bantuan yang Rp4 juta kami terima," ujar Jawiyah kembali.

Selain bantuan dari pemerintah, Siti Jawiyah juga mengaku mendapat bantuan dari panitia PKK Kecamatan Nongsa sebesar Rp1 juta. "Dengan bantuan itulah dapat sedkit menambah kayu, broti dan membeli paku," katanya.

Untuk dapat membangun rumahnya kembali dengan upah sebesar Rp 12 juta, Siti Jawiah mengaku sulit tidur, karena harus memikirkan dapat dari mana uang sebesar itu.

Satu hal yang masih mengusuk keluarga ini adalah, melalui siaran TV lokal yang ditontonnya, bahwa Wali Kota Batam Rudi menyebutkan atas musibah yang terjad satu KK mendapat bantun sebesar Rp15 juta untuk rumah yang masuk kategori rusak berat.

"Namun pas Rudi meyerahkan bantuan langung di Kantor Lurah (Batubesar) untuk kategori rumah rusak berat hanya sebesar Rp4 juta. Sedangkan di wilayah Bengkong sebesar Rp15 juta. Ada apa ini sebenarnya," ujar Abdul Razak yang juga aktif di organiasi pemuda dan partai di Kecamatan Nongsa ini.

Pria yang bekerja di perusahaan PT. Citra Lautan Teduh, Batubesar ini juga menuturkan, kurangnya peran pemerintah dalam hal memperhatikan warganya yang mendapat musibah bencana alam.

"Di sini kita tidak usah berbicara saudara, meskipun memang saudara. Wali Kota Batam dan Yunus merupakan anak tempatan. Termasuk dua anggota DPRD lainnya dari dapil Nongsa. sejak kejadian semuanya tidak pernah datang melihat langung. Dinas Sosial yang turun saja cuma sekali, pas kejadian. Sampai saat ini tidak pernah datang-datang lagi untuk meninjauh sejauh mana bantuan yang diberikan dapat digunakan. Bahkan Yunus, pada saat warga sini gotong royong, kalau saya tidak bilang belikan makan warga, mungkin tidak ada sama sekali perhatiannya," keluhnya.

Siti Jawiyah maupun Abdul Razak berharap pemerintah selayaknya membantu warga yang mendapat musibah bencana alam. Tidak hanya dirinya, karena masih banyak lagi warga yang mengalami nasib serupa, yang kurang diperhatikan pemerintah maupun wakil rakyat.

Pantauan batamtoday di lokasi, rumah Siti Jawiyah telah terbangun seadanya, tembok terbuat dari batako sudah tersusun hingga atas, namun masih ada tumpukan batako yang masih tersisa. Atap yang belum terpasang dikarenakan masih membutuhkan biaya hingga upah tukang yang melambung saa dengan biaya material membuat rumah ini masih terbengkalai.

Siti Jawiyah adalah satu dari delapan korban puting beliung di Kampung Jabi yang terjadi berturut -turut selama dua hari 8-9 Januari 2013 lalu. Seperti rumah Sandiamang yang juga dikategorikan rumah rusak berat masih belum terbangun sebagaimana mestinya. Namun rumah ini sudah ditempati, karena atap spandek dan batu bata serta lantai sudah dipasang. Hanya sebagian jendela yang masih bertutupkan triplek bekas.

Rahmat, Ketua RT02/RW04, Kampung Jabi menuturkan, bantuan dari pemerintah sebesar Rp4 juta hanya dapat membeli material sebanyak 30 persen. Selebihnya rata rata rumah yang rusak parah, sedang dan ringan dengan asumsi rumah rusak berat mendapat bantuan sebesar Rp4 juta , rumah rusak sedang Rp2 juta dan rusak ringan Rp1,5 juta.


"Untuk rumah yang lainnya rata-rata sudah ditempati karena berangsur sudah dibangun menggunakan uang pribadi. Namun untuk Ibu Siti Jawiyah masih belum dapat tinggal karena memang tidak mampu," ujarnya.

Editor: Dodo