Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Imigran Gelap Asal Afganistan

Rela Keluarkan 12 Ribu Dolar AS Asal Tinggalkan Negaranya
Oleh : Ali
Rabu | 20-03-2013 | 13:27 WIB
imigran.jpg Honda-Batam
Rahmatullah (baju kuning), saat memberikan keterangan kepada petugas Satgas People Smuggling Polda Kepri.

BATAM, batamtoday - Berkecamuknya konflik di sebuah negara memang membuat warganya tak tenang. Terlebih, konflik itu bersenjata dan telah berlangsung bertahun-tahun.


Seperti konflik yang terjadi di Afghanistan, Negeri Mullah, yang selalu dirundung peperangan antara kelompok Taliban dengan pemerintah pro Amerika Serikat. Warga negeri itu rela melakukan hal apapun demi bisa meninggalkan tanah airnya untuk mendapatkan kehidupan tenang di negeri orang.

Rahmatullah (24), salah satunya. Imigran gelap asal Afghanistan yang tertangkap Satgas People Smuggling ini rela meninggalkan isterinya serta merogoh kocek hingga 12 ribu dolar Amerika Serikat agar bisa keluar dari negerinya yang dilanda konflik berkepanjangan.

"Saya sebetulnya ingin mengajak isteri tapi uang saya tak cukup," kata pria yang berprofesi sebagai guru di Kabul ini, Selasa (20/3/2013).

Rahmatullah terpaksa pergi lantaran tak bisa mengajar lagi setelah sekolahnya diduduki pasukan Taliban. Menurutnya, milisi yang mengusir Uni Soviet dari Afghanistan itu melarang aktivitas belajar mengajar di negeri tersebut,

Berbekal uang yang dimiliki, Rahmatullah lantas menuju Dubai, Uni Emirat Arab. Sebelumnya, dia mendapatkan informasi ada pihak tertentu yang bisa mengirimkannya ke Australia sebagai negara tujuan dengan status pengungsi.

Dia mengaku dari Dubai diterbangkan menuju ke Hongkong dan tak pernah menginjakkan kaki di Malaysia. Dari Hongkong, bersama keenam anggota keluarganya, Rahmatullah terbang ke Surabaya.

"Sampai di Surabaya kami ditolak dan paspor kami disobek oleh petugas Imigrasi," kata dia.

Namun, dari pengakuan Rahmatullah dibantah Kasubdit IV, Ditreskrimum Polda Kepri, Kompol Aries Sandi. Dari hasil penyelidikan pihaknya, keenam imigran gelap ini menuju ke Malaysia atas peran sindikat penjualan orang.

"Nyatanya mereka kami amankan di pelabuhan Teluk Mata Ikan. Dari hasil penyelidikan kami menangani imigran, mereka sudah diajarkan sindikat tersebut bagaimana cara mengaku kalau tertangkap," katanya kembali.

Aries juga mengatakan berbagai mata uang yang dimiliki para imigran ini, tambahnya kebanyakan adalah mata uang Ringgit Malaysia.

Pada saat diamankan di salah satu rumah warga di Teluk Mata Ikan, awalnya para keenam imigran Afghanistan ini tidak mau ikut pihak kepolisian. Alasannya, mereka takut jika kembali ke Afganistan akan dibuhuh oleh pasukan Taliban.

"Setelah kami bujuk baru mereka mau ikut," terang Aries Sandi kembali.

Kini keenam imigran gelap itu masih ditampung di Mapolda Kepri sebelum diserahkan ke Imigrasi untuk penanganan lebih lanjut.

Editor: Dodo