Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rokok Menthol Lebih Rendah Risiko Kanker Paru-Paru
Oleh : Redaksi
Kamis | 24-03-2011 | 11:25 WIB

Tennessee, batamtoday - Orang yang merokok menthol lebih sedikit risiko terhadap kanker paru-paru dibandingkan mereka yang merokok jenis nonmentol. Demikian menurut peneliti Amerika Serikat yang dikeluarkan Rabu, 23 Maret 2011 kemarin.




Para ilmuwan berasumsi bahwa menambahkan mentol ke dalam rokok akan mengekspos orang terhadap racun yang lebih banyak dan meningkatkan risiko kanker. Namun, sebuah studi besar pada usia matang di beberapa pusat kesehatan masyarakat menemukan kenyataan sebaliknya.

"Temuan utamanya, risiko kanker paru-paru tidak lebih tinggi pada perokok menthol. Bahkan, sedikit lebih rendah pada perokok menthol dibandingkan dengan perokok nonmenthol dan tidak ada perbedaan signifikan pada keinginan seseorang untuk berhenti merokok," kata William Blot dari Vanderbilt-Ingram Cancer Center di Nashville, Tennessee, salah seorang peneliti.

Blot mengatakan, tim peneliti sendiri terkejut menemukan bahwa perokok menthol memiliki risiko yang lebih rendah.

"Risikonya sekitar 30 persen lebih rendah. Statistik menunjukkan, secara signifikan lebih rendah. Hipotesis (sebelumnya) telah masuk, meskipun tidak didukung karena mengatakan menthol lebih beracun," tukasnya, seperti dilansir dari Reuters Health, Kamis, 24 Maret 2011.

Penelitian

Guna mendapatkan kesimpulan penelitian, Blot dan timnya memelajari orang berusia 40-79 tahun di 12 negara bagian Amerika Serikat yang sedang mendapatkan perawatan di klinik kesehatan masyarakat. Mereka mengidentifikasi 440 pasien kanker paru-paru dan membandingkannya dengan 2.213 orang tanpa kanker paru-paru dengan usia, ras, dan jenis kelamin yang sama.

Mereka menemukan, angka pasien kanker paru-paru dan kematian akibat kanker paru-paru lebih sedikit di antara orang yang merokok menthol dibandingkan dengan rokok biasa.

Sebagai gambaran, di antara orang yang merokok 20 atau lebih batang sehari, perokok menthol sekira 12 kali lebih besar untuk menderita kanker paru-paru dibandingkan orang yang tidak pernah merokok, sedangkan perokok nonmenthol sekira 21 kali lebih berisiko menderita penyakit tersebut.

Sejauh ini, merek rokok menthol telah meningkat popularitasnya di kalangan remaja dan perokok pemula. Blot—yang mengakui dirinya tidak memiliki hubungan dengan perusahaan rokok—mengatakan bahwa studi tersebut hanya memelajari perokok berusia matang dan tidak bisa menjawab kekhawatiran bahwa rokok menthol akan membuat perokok pemula lebih mudah untuk mentolerir merokok. Penelitian sendiri sudah dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute.

Penelitian sebelumnya

Sebelumnya, American Legacy Foundation, organisasi advokasi yang berbasis di Washington DC. berpendapat bahwa mereka yang ingin berhenti merokok akan melakukannya lewat rokok nonmenthol, tetapi pada akhirnya tidak berhasil, akibat kerasnya tembakau yang terkandung.

Blot mengatakan, penelitian ini membantu masyarakat untuk berpikir ulang kala mengatakan rokok menthol lebih beracun.

"Jawabannya adalah, tidak, tidak," tegasnya.

Isu kedua adalah soal rokok menthol yang lebih adiktif.

"Data kami menunjukkan tidak ada bukti bahwa perokok menthol memiliki waktu yang lebih sulit untuk berhenti merokok," katanya.

“Studi ini juga menunjukkan, asap rokok dari rokok menthol lebih sedikit dari rokok biasa,” katanya.

Penelitian ini sendiri menjadi “saingan” draft Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sebelumnya yang mengatakan bahwa perusahaan yang menggambarkan rokok menthol sebagai sesuatu yang "menyegarkan" dan "menyejukkan" hanyalah bagian dari gimmick. Tampaknya, hasil penelitian ini dapat mempengaruhi upaya pemerintah Amerika Serikat yang berencana melarang rokok menthol.