Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berbagi Ilmu Gambut dari Pedalaman Sumatera
Oleh : Dodo
Kamis | 28-02-2013 | 11:36 WIB
lahan gambut sumsel.jpg Honda-Batam
Kehidupan warga di kanal lahan gambut, Kelurahan Kameloh Baru, Sabangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Foto: National Geographic Indonesia).

MUSI BANYUASIN, batamtoday - Lahan gambut Merang di Bayung Lencir, subdistrik Musi Banyuasin, Sumatra Selatan merupakan salah satu lokasi strategis. Terletak di antara Sungai Medak dan Kephayang dengan luasan gambut mencapai 150 ribu hektare.


Di penjuru timur, Merang terhubung dengan Taman Nasional Sembilang. Sedangkan di barat laut, Merang berbatasan dengan Taman Nasional Berbak. Ini menjadikan Merang sebagai area ideal untuk proyek percontohan Reduksi Emisi dari Degradasi Hutan dan Deforestasi (REDD+) bersama Agensi Jerman untuk Kerja Sama Internasional (GIZ).

Proyek yang dilakukan sejak tahun 2009 hingga 2011 silam menghasilkan Teknik Pendugaan Cadangan Karbon Lahan Gambut. Metode ini didukung oleh Unit Manajemen Hutan KPHP Merang dan dijadikan salah satu tolok ukur pengukuran karbon secara nasional.

Kesuksesan ini coba dibagi pihak GIZ dalam Dialog Internasional Lahan Gambut Indonesia (International Indonesia Peatland Conversation/IIPC) yang berlangsung pada 25 hingga 27 Februari 2013 di Bandung, Jawa Barat. "Metode ini dihasilkan oleh peneliti lokal dan kini coba diterapkan di Pulau Kalimantan," papar Mohammad Rayan dari Program Hutan dan Perubahan Iklim GIZ (GIZ-FORCLIME).

"Ini menjadi metode paling advanced untuk memantau karbon lahan gambut," tambah Rayan saat berbincang dengan National Geographic Indonesia.

Metode ini sudah tersedia dalam peranti lunak guna meningkatkan akurasi data selesai dimodifikasi. Termasuk integrasi format data Inventarisasi Menyeluruh Berkala (IHMB) dan NFI. Pihak GIZ memamaparkan hasil proyek ini dalam hari terakhir IIPC, Selasa (27/2/2013).

Sesuai dengan harapan dari Rachmat Witolear, Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) sebagai fasilitator pertemuan, IIPC akan menentukan prioritas kebutuhan dalam mengembangkan kebijakan manajemen lahan gambut yang berkelanjutan.

Ditambahkan Farhan Helmy sebagai Sekretaris Kelompok Kerja Mitigasi DNPI, pengalaman mengelola gambut bisa dibagi kepada ilmuwan dalam dan luar negeri. "Juga mendorong tindakan komprehensif mengenai kebijakan lahan gambut di Indonesia," kata Farhan.

IIPC diikuti oleh 40 peserta, terdiri dari para ilmuwan lahan gambut, pakar kebijakan nasional serta internasional. Dalam pertemuan ini para peserta akan mengidentifikasi tantangan dan peluang yang ada dalam pengurangan emisi gas rumah kaca melalui manajemen gambut yang efektif.

Sumber: National Geographic Indonesia.