Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Cemaskan 'Banjir' Warga Asing
Oleh : dd
Sabtu | 09-02-2013 | 14:31 WIB
Lee_Hsien_Loong.jpg Honda-Batam
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. (Foto: AFP)

SINGAPURA, batamtoday - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada hari Jumat berjanji bahwa pemerintah tidak akan membiarkan warga Singapura kewalahan oleh "banjir" orang asing di negeri itu. Sebelumnya, dalam perdebatan di parlemen, sebagian besar wakil rakyat cemas akan membanjirnya warga asing untuk bermukim di negara itu.

Salah satu suara yang paling santer terdengar adalah populasi warga "inti" Singapura hanya tinggal 55 persen, dan sisanya warga asing. Mereka, yang diduga jumlahnya 45 persen dari 6,9 juta populasi ini, berdatangan seiring kebijakan "White Paper" yang membuka Singapura dari warga asing.

Lee mengatakan bahwa beberapa segmen kelompok pekerja asing tidak akan berdampak pada kelompok inti Singapura. "Seperti pekerja konstruksi, mereka hanya sementara di sini sampai proyek selesai," katanya.

Dalam momen yang sangat emosional--Lee berkata dengan mata memerah--dia menekankan bahwa konsep inti Singapura bukan hanya tentang angka, tapi tentang semangat. Inti Singapura, katanya, adalah mereka yang berbagi nilai-nilai, cita-cita, kenangan, dan pengalaman. "Mereka yang bersedia untuk membela bangsa dan cara hidup kita karena kita merasa bersama-sama sebagai sebuah bangsa," katanya.

Semangat Singapura, kata dia, juga harus mencakup penerimaan pendatang baru sebagai "salah satu bagian dari kita sendiri" jika mereka bersedia berkomitmen untuk negara. Ia mengakui bahwa lebih sulit untuk menyerap pendatang baru sekarang daripada ketika generasi pendiri bangsa masih hidup. "Sebagai sebuah negara kita telah mengembangkan identitas khas Singapura, namun kebutuhan untuk imigran tetap ada," katanya.

Imigran, katanya, membantu memperkuat inti Singapura, melengkapi bibit-bibit berbakat, dan membuat hidup lebih baik bagi semua warga negara. Pemerintah, kata dia, akan selalu memperlakukan warga Singapura lebih baik daripada non-Singapura.

Sumber: Tempo.co