Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata Digagas Oleh Orang Indonesia

Teknologi Komunikasi Nirkabel
Oleh : sumantri
Kamis | 17-03-2011 | 23:24 WIB
Adi_Rahman_Adiwoso.jpg Honda-Batam

Adi Rahman Adiwoso Sang Pencipta Komunikasi Berbasis Satelit

Batam, batamtoday - Indonesia pernah mengukit sejarah pertelekomunikasian dengan tinta emas, dimana pada tahun 2000, tepatnya bulan Februari dengan peluncuran satelite yang menempati lintasan imajiner yang terletak 36 ribu km diatas permukaan bumi. Hal ini sempat mengagetkan dunia pengetahuan global, karena penggagas pertama teknologi komunikasi nirkabel melalui jaringan satelit dengan penemuan perangkat komunikasi dari seorang putera bangsa bernama Adi Rahman Adiwoso, yang diberi nama BYRU. Perangkat ini secara teknis menginduk ke Satelit Garuda 1.

Disaat Adi Rahman Adiwoso (Jogjakarta, 26 Juli 1953), melihat berbagai kelemahan pengoperasian sistem telekomunikasi satelit pada telepon bergerak (hp) yang kala itu dari segi bentuk tidak praktis dan tidak efisien, maka terlecutlah rasa penasarannya untuk menciptakan perangkat dengan basis teknologi Satelit. Bahkan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan surat kabar terkemuka nasional, Adi sempat berujar 'Selama di atas kepala terlihat langit, komunikasi lewat telepon genggam bisa dilakukan'. Berbekal keahliannya di bidang telekomunikasi satelit, ia menghasilkan teknologi sekaligus produk baru yang belum ada di pasaran dunia.

Inovasi Adi memungkinkan komunikasi lewat telepon genggam bisa dilakukan di mana saja. Ketika jaringan kabel belum menjangkau dan telepon seluler konvensional kehilangan sinyal, sistem telekomunikasi temuannya tetap “on”. Dan disinilah embrio 'BYRU' hadir di peta teknologi yang semakin luas cakupannya.

Inovasi buatan Adi dengan brandmerek 'BYRU' ini, tidak hanya memperluas cakupan satelit, tetapi juga memperkecil dimensi pesawat telepon. bergerak berbasis satelit. Jika sudah bicara satelit, maka tentu saja apa yang sering disebut 'BTS' oleh berbagai operator selular, sepertinya sudah nggak "ngaruh" lagi.

Cara kerja telepon ini sangat bergantung pada Garuda 1, yang dikendalikan fasilitas pengontrol satelit di pulau Batam. Di situ juga dibangun pusat kendali jaringan (network control center – NCC), yaknipengatur arus percakapan dengan panel pengaturnya. Garuda 1 mampu melayani 22.000 pembicaraan pada saat bersamaan. Selain itu, dibangun pula sebuah pintu gerbang (gateway) yang berfungsi sebagai operator lokal.

Dengan Byru, pelanggan bisa menghubungi sesama telepon satelit, ke telepon GSM serta ke telepon rumah. Tiap permintaan sambungan akan dilakukan melalui satelit. Permintaan itu dianalisis oleh NCC Batam, untuk menentukan identitas penelepon dan menentukan gateway mana yang cocok dengan tujuan panggilan. Setelah itu, permintaan sambungan akan diteruskan ke telepon tujuan. Pembicaraan pun berlangsung. Semua proses itu berjalan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik.

Kemampuannya mengembangkan bisnis telepon satelit, ketika pesaingnya megap-megap (salah satunya, Iridium malah sudah bangkrut), sedikit banyak tak lepas dari pengalamannya berkecimpung di bisnis satelit. Setelah meraih gelar kesarjanaan di bidang aeronautical dan astronautical engineering dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, Adi bekerja di Hughes Aircraft Company. Di situ ia ikut dalam proses pembuatan satelit Palapa pesanan Indonesia.

Setelah delapan tahun bekerja di perusahaan pembuat satelit itu bersama koleganya, Adi mendirikan Orion Satellite Asia Pacific di Washington DC. Lantaran keasyikan bekerja, niatnya menggaet program doktor di California Institute of Technology gagal tuntas. Cita-citanya menjadi ahli pesawat terbang pun terlupakan.

Suatu ketika salah seorang sahabatnya meminta pendapatnya tentang rencana penjualan satelit Palapa B-1 yang sudah habis masa pakainya. Satelit ”rongsokan” itu sudah ditaksir sebuah perusahaan di Amerika seharga US$ 50,000. Mendapat informasi itu, otak bisnisnya bekerja. ”Ngapain dijual. Kita jalankan saja”, kata Adi. Maka terbentuklah PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) pada 1991. Modal awalnya, dari urunan Adi dan Iskandar untuk membeli Palapa B-1. Lantas titik orbit satelit digeser ke timur, sehingga mampu mencakup pulau-pulau kecil di Pasifik. Namanya berubah jadi satelit Pasifik 1. Adi pun mulai menyetir bisnis ini. Hingga berkembang, dari ”sekadar” mengoperasikan dan menyewakan Pasifik 1, PSN kemudian melangkah ke yang lebih besar jangkauannya. 

Bersama timnya di PSN, keahliannya di bisnis satelit dieksplorasi lebih intensif lagi dengan mendirikan ACeS pada 1994. Di situ, PSN memegang 35% saham dan menggandeng Lockheed Martin, Philippines Long Distance Global Telecommunications (PLDT) serta Jasmine International (Thailand) sebagai mitra. 

Untuk mewujudkan ambisi menciptakan sistem telekomunikasi berbasis satelit dengan teknologiGSM (global system for mobile communication), ACeS juga masuk ke Bursa Nasdaq, New York. Dengan modal US$ 750 juta, meluncurlah Garuda 1 ke angkasa. Tak lama berselang, Byru meluncur pula ke pasar. Keberhasilan Garuda 1 membuat nama ACeS berkibar. Di Tanah Air, produk layanan PSN berkembang. Selain bermain di bisnis komunikasi satelit, PSN juga masuk ke bisnis multimedia dengan meluncurkan Multi Media Asia. Semuanya berbasis satelit. 

Disarikan dari berbagai sumber