Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

COP: Pulangkan 12 Orangutan Selundupan dari Thailand
Oleh : Tunggul Naibaho
Selasa | 15-03-2011 | 10:01 WIB

Batam, Batamtoday - Centre for Orangutan Protection (COP) mendesak Pemerintah Indonesia segera mengambil 12 ekor orangutan yang diselundupkan ke Thailand dan memulangkanya kembali ke Indonesia. Orangutan adalah ikon konservasi nasional, pemulanganya bukan soal uang dan biaya, tetapi soal komitmen pemerintah dan bangsa Indonesia kepada pelestarian satwa langka.

Demikian disampaikan Daniek Hendarto, Orangutan Campaigner dari COP kepada batamtoday, Selasa 15 Maret 2011. Daniek mengatakan, Ke 12 ekor orangutan itu saat ini berada di Taman Buaya Samutpharakon, di luar kota Bangkok. Selusin orangutan tersebut, kata Daniek, terpaksa diserahkan pemerintah Thailand ke Taman Buaya Sumatpharakon setelah pemerintah Indonesia tidak menunjukan niat untuk memulangkan para orangutan tersebut.

Menurut Daniek, ke 12 orangutan tersebut disita oleh otoritas Thailand pada tahun  2009, kemudian dipelihara di Kao Pratab Chang Animal Rescue. Pemerintah Indonesia tidak bersedia memulangkan orangutan tersebut dengan alasan mahalnya biaya yang bisa mencapai 80.000 USD. Menurut ketentuan CITES (Convention on International Trade of Endangered Wild Flora and Fauna), negara asal satwa selundupan memang harus menanggung biaya pemulangannya.

Daniek menyesalkan, jika pembiaran atas nasib orangutan di Thailand semata-mata karena alasan uang.

"Apakah negara kita sudah semiskin itu atau memang pemerintah tidak peduli lagi dengan nasib orangutan yang merupakan ikon Konservasi Nasional," kata Daniek gregetan.

Sebenarnya, pada tanggal 17 November 2006, lanjut Daniek, Pemerintah Indonesia pernah berhasil memulangkan 48 dari 115 orangutan yang diselundupkan ke Thailand. Presiden Susilo Bambang Yudoyono ketika itu memerintahkan TNI Angkatan Udara untuk mengangkut orangutan-orangutan itu dengan pesawat angkut C130 Hercules dari Squadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma. 

"Jadi, langkah serupa dapat diulangi untuk memulangkan 12 orangutan tersebut. Dengan demikian, biayanya menjadi jauh lebih murah. Ini soal kemauan saja, bukan uang,” tandas Daniek.

“Pemerintah juga tidak perlu pusing dengan biaya pemeliharaan dan rehabilitasi karena selama ini memang sudah ditanggung oleh lembaga konservasi  ex situ seperti Yayasan BOS dan Taman Safari. Lagipula, ini bagus untuk publikasi komitmen pemerintah Indonesia atas pelestarian satwa langka," tambah Daniek.

“Dalam peluncuran Rencana Aksi dan Staregi Konservasi Orangutan Nasional pada tanggal 10 Desember 2007, Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyatakan bahwa orangutan adalah ikon konservasi nasional. Pemulangan orangutan merupakan pesan yang kuat ke dunia dan juga seluruh masyarakat Indonesia bahwa pemerintah benar-benar serius dengan perlindungan orangutan. Bukan hanya pencitraan agar terlihat hijau. ”

Karena itu, Centre for Orangutan Protection mendesak pemerintah untuk segera memulangkan ke 12 orangutan tersebut ke Indonesia. 

COP juga mendesak pemerintah Thaiand untuk membatalkan rencananya memberikan 12 orangutan selundupan ke Taman Buaya Samutphrakan karena orangutan tersebut pasti akan sangat menderita. Taman Buaya Samutphrakan memiliki reputasi buruk terutama dalam hal kesejahteraan satwa yang dipeliharanya. Taman ini juga terbukti memelihara satwa liar selundupan termasuk orangutan dan gibbon yang diduga dari Indonesia pada tahun 2004.

Desakan COP tersebut juga akan disampaikan melalui akasi unjuk rasa pada hari ini, Selasa, 15 Maret 2011 di depan Istana Merdeka, pada pukul 10.00 WIB ini.