Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kerusakan Ozon Turunkan Produktivitas Pekerja
Oleh : dd/ngi
Kamis | 20-12-2012 | 11:51 WIB

BATAM, batamtoday - Dalam laporan yang dipublikasikan di American Economic Review, sekelompok peneliti dari Department of Health Policy and Management, Mailman School of Public Health, Columbia, Amerika Serikat memaparkan bahwa polusi pada lapisan ozon semakin menjadi masalah besar.

Ironisnya, para pemangku kebijakan masih terus berkutat mempersoalkan seputar titik optimal dari polusi di lapisan ozon dan membahas regulasi terkait asap kabut yang bisa mempengaruhi kesehatan dan tingkat kematian.

Untuk itu, Matthew Neidell, salah satu peneliti dari Mailman School, memutuskan untuk menginvestigasi apakah tingkat polusi udara bisa juga mempengaruhi kinerja dan produktivitas. Mereka kemudian mempelajari dampak polusi menggunakan variasi ketebalan ozon yang terjadi sehari-hari.

Ternyata, dari studi yang dilakukan, diketahui bahwa lapisan ozon, meski berada di bawah standar kualitas yang kini terjadi di sebagian besar belahan dunia memiliki dampak negatif terhadap produktivitas para pekerja. Temuan ini mengindikasikan pentingnya perlindungan alam untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sebelum ini, tidak ada bukti-bukti sistematik terhadap dampak langsung polusi pada produktivitas pekerja. Namun dari studi ini, terungkap bahwa perubahan sebesar 10ppb (parts per billion) pada lapisan ozon rata-rata menghasilkan perubahan sebesar 5,5 persen dari produktivitas para pekerja agrikultur.

“Temuan tersebut sangat penting apalagi saat ini Amerika Serikat sedang berupaya untuk mengurangi standar level ozon,” kata Neidell, dikutip dari National Geographic Indonesia, Kamis (20/12/2012).

September lalu, Presiden Obama sendiri menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mendukung proposal yang diajukan oleh US Environmental Protection Agency (US EPA) untuk meningkatkan standar ozon karena akan memberikan beban terlalu besar pada bisnis. Sontak, langkah tersebut memicu kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan dan lingkungan.

Dalam laporannya, Neidell juga menunjukkan bahwa di negara-negara berkembang, di mana regulasi terkait lingkungan tidak terlalu ketat dan agrikultir memegang peranan dominan di ekonomi, efek yang ditemukan di sini akan memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada kemakmuran negara yang bersangkutan.