Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Ruli Pasir Putih Batuaji Berang Terhadap Lisbon
Oleh : ah/dd
Sabtu | 01-12-2012 | 18:56 WIB

BATAM, batamtoday - Ratusan warga penghuni ruli Pasir Putih Persada, Batuaji berang terhadap Lisbon Sihombing. Pasalnya, semua keterangan yang dibuatnya di media, semua bohong. Selain itu, Lisbon juga disebut penebar fitnah dan penipu.

Khususnya tiga orang warga yang disebut sebagai otak permasalahan yakni Juniper Sitompul, Jerni Nababan dan Herman Indris adalah orang yang paling berang terhadap Lisbon beserta istrinya. Sebab, semua keterangan Lisbon kepada wartawan setelah dikonfirmasi berbeda, bahkan membalikkan fakta.

"Semua yang dia (Lisbon-Red) katakan itu salah, dan tak sesuai dengan fakta. Warga yang selama ini ditipu, bisa-bisanya dia putar balikkan fakta," kesal Juniper saat pertama sekali dikonfirmasi wartawan di rumahnya, permukiman Pasir Putih RT04, Batuaji, Sabtu (1/12/2012).

Menurutnya, terkait masalah aliran listrik curah yang menjadi akar permasalahan seperti yang dijelaskan oleh Lisbon berbeda dengan fakta di lapangan. CV Roses Prima Sukses selaku pihak yang mengelola aliran listrik untuk tiga RT yakni 02,04, dan 06 di permukiman Pasir Putih Persada, Batuaji adalah milik warga. Padahal, Lisbon menyebut perusahaan tersebut miliknya yang dibiayai sendiri olehnya.

"CV Roses Prima Sukses adalah milik warga, bukan milik Lisbon. Uang saya Rp 2 juta yang dipakai untuk membuat perusahaan ini beserta uangnya Herman Indris sebanyak Rp 50 juta. Lisbon hanya omong aja, dan mau membodoh-bodohin warga," katanya.

Selain itu, terkait pengrusakan yang disebut dilakukan oleh sekelompok orang, Juniper sama sekali tidak dia ketahui. Sebab, pada kejadian 5 November 2012, kondisi di permukiman Pasir Putih padam listriknya. Dia dan istrinya, Jerni Nababan yang saat itu lagi hamil tua berada di rumah.

"Ngarang aja itu Lisbon. Tapi, setiap laporannya di polisi saya dan istri saya selalu dilibatkannya. Entah, kerusuhan apalagi yang akan dia timbulkan di lokasi ini," herannya sekaligus membantah dia dan istrinya turut dalam pengusakan yang dituding Lisbon.

Jerni juga mengatakan, dalam pengelolaan aliran listrik curah untuk warga dia memang benar bertugas sebagai bendahara. Namun, disebut menggelapkan uang itu sama sekali tidak benar. Bahkan, yang menggelapkan uang menurut Jerni adalah Lisbon. Pasalnya, setiap pengeluaran yang dilakukannya tak pernah ada kuitansi sebagai bukti.

"Saya yang bendahara, jadi semua pemasukan dan pengeluaran saya catat. Hanya saja pengeluaran yang dia (Lisbon-red.) tidak pernah pakai kuitansi. Pokoknya, saya punya bukti dan sudah saya jelaskan semua di Polresta Barelang, dan saya yakin dialah yang menggelapkan uang, serta membohongi warga," ungkapnya.

Tak luput pula Herman Indris, selain mengamini semua keterangan Juniper dan Leni, di depan warga dan wartawan dia mengatakan selama ini mereka sudah ditipu oleh Lisbon.

Sehingga, usulan Lisbon untuk menaikkan tarif listrik ditolaknya mentah-mentah. Sebab, tujuan pembuatan aliran listrik curah itu untuk memberikan pelayanan listrik yang murah terhadap waraga.

Terkait kerugian yang disebut Lisbon, kata Herman Idris sama sekali tak berdasar. Setelah mereka audit, jumlah pemasukan dengan pengeluaran mencukupi. Hanya saja, banyak uang yang ditelan Lisbon termasuk pembayaran pertama pulsa listrik sebesar Rp 8 juta, padahal tak ada dibayar ke PLN. Karena memang, pulsa yang mereka isi saat mendapat persetujuan sebesar Rp 30 juta masih mencukupi.

"Saya jelas tolak kenaikan tarif yang diusulkan Lisbon. Karena pemasukan dan pengeluaran masih sesuai setelah kami lakukan audit. Memang ada kekurangan uang dan itulah yang dimakan oleh Lisbon," jelasnya.

Saat ini, kata Herman Idris kasus ini akan mereka bawa ke ranah hukum dan sampai ke meja hijau. Warga yang merasa ditipu dan difitnah oleh Lisbon akan didampingi kuasa hukum yang disebut bermarga Simamora.

"Saya tegaskan semua pernyataan Lisbon itu salah. Semua warga di sini tak senang lagi melihat mukanya. Kami akan tuntut dia secara hukum," kata Herman.