Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dugaan Malpraktek Berujung Maut

Komisi IX DPR Berharap IDI Batam Profesional
Oleh : kli/hz/dd
Selasa | 06-11-2012 | 17:22 WIB
Herlini-Amran1.jpg Honda-Batam
Anggota Komisi IX DPR Herlini Amran.

BATAM, batamtoday - Menanggapi adanya upaya pihak Rumah Sakit Awal Bros mendekati keluarga korban dugaan malpraktek di rumah sakit tersebut, Raya Nainggolan, anggota Komisi IX DPR Herlini Amran menilai hal itu sebagai upaya yang manusiawi.


Namun, dia menegaskan, upaya perdamaian tak akan menghilangkan adanya dugaan malpraktek yang dilakukan dokter di rumah sakit tersebut.

"Ini kan menyangkut hak azasi konsumen kesehatan, sebagai upaya preventif kita minta agar IDI Batam terus melakukan penyelidikan terhadap dugaan malpraktek itu hingga tuntas," kata Herlini saat dihubungi batamtoday, Selasa (6/11/2012).

Anggota DPR-RI dari Dapil Kepulauan Riau ini juga berharap, agar IDI Batam mengedepankan profesionalisme dalam mengusut dugaan malpraktek yang dilalakukan dokter di RS Awal Bros, yang hingga merenggut nyawa korban.

Dugaan malpraktek ini sendiri berawal ketika korban Raya Nainggolan menjalani operasi batu ginjal di RS Awal Bros pada Rabu, 13 Juni 2012 lalu. Selesai menjalani operasi, kondisi Raya pun masih biasa aja tanpa ada keganjilan atau penyakit lain yang dideritanya.

Namun pada Senin, 20 Agustus 2012, Raya kembali menjalani operasi untuk mencabut selang yang ditanam di dalam tubuhnya saat operasi pertama. Setelah itu, dokter M Alwi selaku dokter yang menangani penyakit Raya memberikan resep obat untuk penyembuhan. Namun, obat berdasarkan resep dokter itu bukan malah menyehatkan, melainkan awal malapetaka bagi kehidupan Raya.

"Saya disuruh beli obat pakai resep. Tapi obat itu bukan menyehatkan malah membuat semua kulit suami saya melepuh dan terklupas," ungkap Dorismeri Silalahi (44), istri korban, yang ditemui portal ini di rumah duka, Jumat (19/10/2012) lalu.

Adapun resep yang diduga merenggut nyawa korban, antara lain Cefat, Aloris, Neurobion, Ketorolac, Gentamycin dan Novaigin. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, seluruh kulit korban melepuh seperti habis terbakar. "Habis makan obat itu, suami saya langsung demam tinggi, gatal-gatal, dan kulitnya mulai memerah dan melepuh," terang Dorismeri lagi.

Dorismeri yang merasa ada keanehan dengan kondisi kesehatan suaminya, langsung melarikan Raya kembali ke RS Awal Bross. Di rumah sakit tersebut, kondisi Raya makin parah.

"Hal ini sudah saya pertanyakan langsung sama pihak rumah sakit maupun dokter. Mereka bilang suami saya terkena penyakit gula. Sementara, dokter kulit mengatakan suami saya alergi obat berdasarkan resep tersebut. Sampai akhirnya tewas, pihak RS Awal Bross sepertinya lepas tangan tak ada tanggungjawab," paparnya.

Ditambahkannya, dokter kulit di RS Awal Bross yang mengatakan alergi obat adalah dr Arif. Dengan adanya pernyataan dr Arif mengenai alergi obat yang diberikan kepada Raya, pihak keluarga menyimpulkan, dr M. Alwi telah melakukan malpraktek terhadap Raya hingga tewas.

Tewasnya Raya Nainggolan, yang jasadnya dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Seitemiang pada Minggu (21/10/2012) lalu, meninggalkan duka mendalam bagi Dorismeri. Ia pun harus memikul beban berat untuk menghidupi dan menyekolahkan lima anak mereka.

Terkait dugaan malpraktek yang hingga menelan korban ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kepri, dr Tengku Afrizal Dahlan mengatakan pihaknya akan segera memanggil dokter dr M Alwi dan manajemen RS Awal Bros.

"Saya belum mendapatkan informasi tentang kasus ini sebelumnya, untuk itu Kami dari IDI Kepri akan memanggil dokter yang bersangkutan untuk mendapatkan keterangan penyebab kejadian," kata Tengku Afrizal kepada batamtoday, Jumat (18/10/2012) malam.

Tengku menambahkan, selama ini pihak IDI hanya sebatas menunggu laporan dan pro-aktif dari masyarakat terkait kasus serupa tentang adanya dugaan malpraktek yang terjadi di Kepri. "Segera kita telusuri penyebab kejadian untuk mengetahui kronologis bagaimana peristiwa itu terjadi," ujarnya lagi.

Hal senada juga disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Batam. Ketua IDI Batam mengaku telah menghubungi pihak manajemen RS Awal Bros untuk meminta data tindakan medis yang telah dilakukan dokter terhadap pasien.

"Saya telah menghubungi manajemen RS Awal Bros atas rekam medik yang telah dilakukan dokter sejak proses awal  hingga akhir. Kita belum mendapatkan laporan mengenai kasus itu," ujar dr Salman kepada batamtoday, Selasa (23/10/2012).

Salman menambahkan, data dari RS Awal Bros tersebut nantinya akan menjadi bahan kajian bagi IDI Batam untuk mengetahui permasalahan penyebab dugaan malpraktek itu.

"Data itu nanti akan diuji oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI Batam, apakah dokter tersebut telah melakukan kesalahan atau tidak. Untuk itu kami perlu menyelidiki kasusnya sebelum memberikan keterangan nanti," ujarnya.