Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diawali Jualan Bakso Gerobak, Pemilik Bakso Gunung Mampu Bangun Masjid dan TPQ di Kampungnya
Oleh : Aldy Daeng
Sabtu | 04-01-2025 | 16:44 WIB
Suadi-Bakso-Gunung1.jpg Honda-Batam
Suadi alias Sam Feri pemilik Bakso Gunung di Batam. (Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sebuah kisah yang menginspirasi banyak warga Indonesia. Adalah Suadi yang akrab disapa Sam Feri, mampu membangun infrastruktur di Dusun Segelen, Sidomulyo, Desa Balisari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Secara bertahap, Sam Feri berhasil membangun Masjid Al-Ikhlas Lapangan Sepak Bola. Dan yang masih dalam proses Taman Bacaan Quran (TPQ) dan pembangunan jalan sepanjang 5 kilometer dan lebar 6 meter.

Atas pembangunan jalan itulah, meski belum tuntas Sam Feri yang merupakan anak ke-empat dari tujuh bersaudara ini menjadi tenar dan dikenal oleh masyarakat luas.

Yang menjadi istimewa terhadap pria yang berumur 52 tahun itu ialah pembangunan infrastruktur itu tanpa melibatkan keuangan yang bersumber dari negara.

"Saya lahir di sana, saya merasa terpanggil dan berusaha ikhlas untuk membangun daerah saya," ucap Fery saat berbincang santai di salah satu outlet Bakso Gunung di komplek Kara Junction, di kawasan simpang kara, Batam Center, Sabtu (4/1/2025).

Sambil duduk santai, Feri menceritakan bagaimana dia sampai membangun jalan buat kenyamanan warga dusu tempat kelahirannya. Melihat sendiri keadaan jalan yang di beberapa titik sudah mengalami kerusakan parah, dan mendengarkan saran beberapa warga dusun, Feri pun membulatkan niat untuk membangun jalan sebagai sarana bagi warga dusun mencari nafkah.

Menurutnya, dengan adanya keadaan jalan yang mulus, warga yang sebagian besar berpenghasilan sebagai petani ini bisa dengan mudah beraktivitas.

Meski jalan itu baru selesai sekitar 1,5 kilometer dengan melewati lima tahapan (proses), dengan dukungan para warga dusun yang masih kompak dengan jiwa gotong royong, ia berharap pembangunan jalan akan bisa berjalan lancar.

"Paling yang saya bayar itu kepala tukang saja. Selebihnya warga bergotong royong, begitu juga yang menyiapkan konsumsi bagi warga yang bergotong royong," cerita Sam Feri.

Meski sering dihubungi oleh beberapa perangkat desa dan lurah, dengan berbagai ucapan, Feri tetap berdoa dan berusaha bagaimana pengerjaan jalan itu bisa selesai. Pengerjaan jalan bertahap dengan cara cor itu dilakukan di saat cuaca cerah. Awalnya ada menggunakan alat berat saat pembukaan atau pelebaran, selanjutnya dilakukan dengan cara manual.

"Mudah-mudahan saya diberi umur panjang dan rezki yang berkah, pembangunan ini bisa selesai," harap Feri.

Ada kepala Desa yang menghubungi untuk menyampaikan salam. Kemudian lurah, dan ada yang menghubungi bahwa Bupati ingin ajak bertemu. Ia mengaku belum pernah bertemu langsung apalagi membahas pembangunan jalan.

Jalan itu udah lama rusaknya, begitu Feri melanjutkan ceritanya. Tahun 2016 lalu, aspal jalan sudah mulai hilang. Perhatian pemda sebenarnya ada, tapi belum mampu menjangkau keseluru dusun, dan dia sangat menghargai itu. Ia juga tak menyalahkan pemerintah, dengan dana desa yang terbatas, tidak mampu menjangkau beberapa Dusun di Kabupaten Malang.

"Misal Rp 1 miliar Dana Desa, sementara di sana ada 7 dusun. Kalau dibagi paling hanya untuk berapa meter saja," kata Sam Feri.

Tahun 2017 lalu, Feri membangun masjid, namanya Masjid Al-Ikhlas, pada saat peresmian mesjid itu, ia mendapatkan saran dari istrinya kalau jalan masjid sekalian saja diperbaiki agar nyaman bagi warga.

"Warga juga nyeletuk, bagaimana kalau jalan juga dibangun," ucap Feri.

Atas permintaan warga itu, Feri pun mengajukan permintaan kepada warga, bila jalan warga ingin diperbaiki, kalau pun jalan mau dilebarkan, lebarnya harus rata, semua memiliki lebar rata yaitu 10 meter, itu termasuk lebar utama jalan 6 meter, desaine dan taman kiri kanan jalan. Dan sambutan warga pun positif.

Warga sepakat sumbangkan tanahnya untuk dipotong sedikit agar dibangun jalan. Tahun 2018 mulai dilakukan pelebaran lahan jalan. Hingga tahun 2024 sudah melewati lima tahapan.

Feri juga tak pernah menyebutkan sudah berapa banyak dana yang dia habiskan untuk pembangunan jalan itu. Angka Rp 10 miliar yang disampaikan di beberapa media sosial bukanlah berasal dari pengakuan Feri. Namun, angka itu mungkin jadi penilaian warga setempat atau penilaian dari netizen.

"Saya tak pernah sebutin angka itu ke siapapun. Warga itu menerka-nerka. Waktu bangun juga tak ada komunikasi dengan pemerintah setempat. Memang saya yang sepakat dengan warga perbaiki jalan. Kemudian dilebari dan tenaga yang mengerjakan semuanya masyarakat. Masyarakat gorong-royong, tiap hari ada yang kerja namun bergantian," tegas Feri.

"Saya lihat warga desa saya senang. Transportasi cari rumput, ke kebun jadi enak. Sebelumnya kan sering jatuh, gambar yang viral itu, itu jalan yang rusak parah pas tanjakan," tambah Feri.

Dalam perbincangan santai ini, Sam Feri juga mengkisahkan bagaimana dia bisa sampai ke Batam. Sebagai pria yang memiliki jiwa perantau, Feri melalui perjalanannya di kawasan Jawa Barat. Belum menemukan kenyamanan dan keberuntungan, selanjutnya dia hijrah ke Bali, dan disana juga Feri berjualan bakso dengan berkeliling sambil memukul keranjang bakso.

Dalam keseharian berjualan di Bali, beberapa pelanggan bakso Feri bercerita bahwa ada daerah di Indonesia yang sedang berkembang, yaitu Kota Batam. Dari cerita beberapa pelanggan nya, Feri pun mencari tahu tentang Batam. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk hijrah ke Kota Batam pada tahun 1992 silam.

Sesampainya di Batam, dengan latar belakang pendidikan yang tidak terlalu tinggi, dan dengan keahlian membuat bakso, Feri pun memalui kehidupan barunya di Batam dengan berjualan bakso dengan berkeliling menggunakan gerobak di kawasan Jodoh, Kota Batam.

"Saat itu Batam masih sangat sepi lebih banyak hutan. Saat itu perusahaan nyari karyawan, terbalik sekarang," cerita Sam Feri.

Hingga tahun 2000-an, usaha bakso keliling Feri kian maju, sampai memiliki lebih dari 30 gerobak bakso. Sekitar tahun 2000-an Feri sudah melirik dan membuka outlet dengan menyewa ruko di kawasan Jodoh. Dan itu menjadi outlet pertamanya.

"2009 kita mulai di ruko. Ruko pertama di Jodoh, karena saat itu, disana lebih ramai," ucap Feri.

Atas kerja kerasnya, Feri pun kini mempunyai 8 outlet Bakso Gunung yang tersebar di berbagai daerah di Batam. Dengan karyawan berkisaran 10 hingga 15 orang setiap outlet, ia berharap eksistensi bakso gunung tetap terjaga di tengah serbuan kuliner dari negara luar.

"Bekerja ikhlas, berbuat untuk masyarakat juga berupaya ikhlas, semoga kita semua diberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa berbuat baik kepada sesama," harap Feri, mengakhiri kisahnya.

Editor: Yudha