Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Global
Oleh : Aldy Daeng
Kamis | 19-12-2024 | 12:04 WIB
RGD-Des.jpg Honda-Batam
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 17-18 Desember 2024. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 6,00 persen, dengan suku bunga Deposit Facility di 5,25 persen dan Lending Facility di 6,75 persen. Keputusan ini diumumkan usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 17-18 Desember 2024.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan langkah ini konsisten dengan kebijakan moneter yang bertujuan menjaga inflasi dalam kisaran target 2,5+/-1 persen untuk 2024-2025. Selain itu, kebijakan ini mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah yang tertekan oleh ketidakpastian global, termasuk dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat dan eskalasi geopolitik.

"Ke depan, BI akan terus memantau pergerakan nilai tukar Rupiah, prospek inflasi, serta kondisi ekonomi guna memanfaatkan ruang penurunan suku bunga di waktu mendatang," ujar Perry dalam keterangan resmi, Rabu (18/12/2024).

BI juga memperkuat strategi moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan:

  1. Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah: BI melakukan intervensi di pasar valuta asing melalui transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
  2. Operasi Moneter Pro-Market: Penggunaan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) dioptimalkan untuk menarik investasi asing.
  3. Digitalisasi Sistem Pembayaran: Layanan BI-FAST diperluas mulai 21 Desember 2024, mencakup fitur transfer kolektif, permintaan pembayaran, dan transfer debit langsung untuk mendukung kebutuhan transaksi cepat dan aman.
  4. Persiapan Natal dan Tahun Baru: BI mengamankan kelancaran sistem pembayaran selama libur Natal dan Tahun Baru melalui program 'Semarak Rupiah di Hari Natal Penuh Damai' (SERUNAI).

BI menyoroti risiko perlambatan ekonomi global di tengah ketidakpastian tinggi, termasuk kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang agresif dan eskalasi geopolitik. Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan turun dari 3,2 persen pada 2024 menjadi 3,1 persen pada 2025.

Dolar AS yang terus menguat menekan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, yang mencatat pelemahan 1,37 persen pada Desember 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian, BI optimistis stabilitas Rupiah akan terjaga melalui kebijakan yang terintegrasi.

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh dalam kisaran 4,7-5,5 persen pada 2024, didukung oleh konsumsi domestik yang kuat dan investasi dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Inflasi tetap terkendali di level 1,55 persen (yoy) pada November 2024, sementara surplus neraca perdagangan mencapai 4,4 miliar dolar AS di bulan yang sama.

Pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,79 persen (yoy) pada November 2024, terutama di sektor prioritas seperti hilirisasi minerba, pangan, UMKM, dan ekonomi hijau. Bank Indonesia optimistis pertumbuhan kredit akan terus meningkat ke kisaran 11-13 persen pada 2025.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus mencatat hasil positif. Volume transaksi BI-FAST tumbuh 69,9 persen (yoy) pada November 2024, sementara transaksi menggunakan QRIS melonjak 186 persen dengan total 689 juta transaksi.

Di sisi lain, likuiditas perbankan tetap memadai dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 25,57 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan juga kuat di level 27,02 persen pada Oktober 2024.

Dengan kebijakan yang fokus pada stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menjaga keseimbangan makroekonomi di tengah tekanan global. Keputusan mempertahankan suku bunga menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan stabilitas Rupiah, pengendalian inflasi, dan keberlanjutan ekonomi domestik.

Editor: Gokli