Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Bersiap Menjadi Raksasa Ekonomi Digital pada 2030
Oleh : Redaksi
Sabtu | 30-11-2024 | 14:24 WIB
Wamen-Komdigi.jpg Honda-Batam
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria. (Komdigi)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Proyeksi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada tahun 2030 menunjukkan angka fantastis, mencapai USD 366 miliar. Untuk mewujudkan potensi ini, Pemerintah Indonesia fokus memperkuat kualitas konektivitas melalui kebijakan meaningful connectivity atau konektivitas bermakna, serta mencetak talenta digital unggul.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menegaskan pembangunan infrastruktur digital untuk periode 2025-2029 akan difokuskan pada perluasan dan peningkatan kualitas konektivitas.

"Connectivity yang ada, yaitu 97% pemukiman terkoneksi dan penetrasi internet sebesar 79,5%, akan diperkaya dengan infrastruktur baru untuk mencapai konektivitas bermakna," ungkap Nezar, dalam Seminar 'Bagaimana AI Mengakselerasi Transformasi Digital untuk Indonesia Emas 2045' yang digelar di Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2024), demikian dikutip laman Komdigi.

Nezar menekankan, konektivitas bermakna adalah kunci untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital sekaligus mengurangi kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan. "Kita sudah terkoneksi sebanyak 97% di daerah pemukiman, tetapi gap kualitasnya masih nyata. Contohnya, kualitas internet di daerah urban jauh lebih baik dibandingkan di rural," jelasnya.

Sebagai langkah konkret, Pemerintah meluncurkan Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1 yang menjangkau 27.000 titik layanan di seluruh Indonesia, terutama daerah terpencil. Namun, Nezar menggarisbawahi bahwa keberhasilan pembangunan infrastruktur harus diiringi dengan pemanfaatan konektivitas untuk menciptakan inovasi, bukan sekadar konsumsi teknologi.

"Dengan sinyal yang semakin baik, apakah kita hanya menjadi pasar yang memakai aplikasi? Atau, apakah kita bisa menciptakan inovasi sendiri?" tanyanya retoris.

Selain infrastruktur, Indonesia juga menghadapi tantangan besar dalam hal kesenjangan talenta digital. Sebagai pasar teknologi yang besar, adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia masih berada pada tahap awal.

"Indonesia saat ini masih berada di early stage untuk AI. Isu besar di sini adalah bagaimana kita mengejar ketertinggalan di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat," ungkap Nezar.

Untuk mengatasi tantangan ini, Pemerintah menerapkan kebijakan wajib transfer keahlian dan pengetahuan dalam setiap investasi asing yang masuk ke Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kualitas sumber daya manusia sekaligus menjawab kebutuhan talenta digital yang terus meningkat.

"Talenta digital harus diperkuat, karena setiap investasi yang masuk harus berkontribusi pada peningkatan kemampuan tenaga kerja lokal," tegas Nezar.

Dengan langkah strategis yang mencakup pembangunan infrastruktur, pengurangan kesenjangan digital, dan penguatan talenta digital, Indonesia berambisi menjadi salah satu pemain utama di kancah ekonomi digital global. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian, tetapi juga mempersiapkan Indonesia menuju visi besar 'Indonesia Emas 2045' yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

Editor: Gokli