Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Dorong Pasar Kredit Karbon dan Perdagangan Digital di Dialog Pemimpin APEC
Oleh : Redaksi
Selasa | 19-11-2024 | 11:44 WIB
Bursa-Karbon-APEC.jpg Honda-Batam
Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, Peru. (Foto: Kemendag)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia memperkuat posisinya sebagai motor penggerak ekonomi berkelanjutan dan digital di kawasan Asia-Pasifik melalui partisipasinya dalam Dialog Pemimpin APEC dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC).

Forum yang berlangsung di Lima, Peru, ini menjadi ajang bagi Menteri Perdagangan Budi Santoso, mewakili Presiden RI Prabowo Subianto, untuk menyampaikan komitmen Indonesia dalam pengembangan pasar kredit karbon dan perdagangan digital.

Dalam forum yang merupakan bagian dari rangkaian APEC Economic Leaders' Week (AELW) 2024, Mendag Budi menekankan pentingnya menciptakan pasar kredit karbon yang terintegrasi di kawasan Asia-Pasifik. Menurutnya, langkah ini tidak hanya mendukung transisi menuju energi bersih yang berkeadilan, tetapi juga membawa manfaat besar bagi Indonesia.

"Pasar kredit karbon yang saling terhubung di kawasan akan mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim, sekaligus menjadi peluang besar bagi Indonesia," ujar Budi, dalam dialog yang dihadiri Presiden Peru Dina Boluarte, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, serta delegasi dari berbagai negara APEC, demikian dikutip laman Kemendag, Jumat (15/11/2024).

Indonesia menunjukkan keseriusan dalam pengembangan pasar karbon dengan peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023 yang diinisiasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan cadangan kredit karbon mencapai 577 juta ton, Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi terbesar untuk mengembangkan perdagangan karbon.

Budi juga menyampaikan pentingnya interoperabilitas bursa karbon di tingkat regional, memungkinkan negara-negara Asia-Pasifik saling terhubung dalam perdagangan kredit karbon. Dalam hal ini, Indonesia telah membentuk Badan Karbon Nasional untuk meningkatkan partisipasi publik dan swasta dalam mitigasi perubahan iklim.

Indonesia juga mencatat pencapaian signifikan dalam upaya pelestarian lingkungan. Penurunan deforestasi hutan mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir, sementara tingkat kebakaran hutan berhasil dikurangi hingga 82 persen. Selain itu, dengan lebih dari 3,3 juta hektare hutan mangrove, Indonesia memegang 20 persen total area mangrove dunia yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami.

Dalam diskusi terkait perdagangan digital, Mendag Budi menegaskan pentingnya digitalisasi dalam fasilitasi perdagangan dan pengembangan infrastruktur digital. Strategi ini bertujuan untuk mempersempit kesenjangan digital, memperkuat sektor niaga elektronik (e-commerce), dan membangun ekosistem layanan keuangan digital yang inklusif.

"Kami berkomitmen membangun infrastruktur digital yang mampu menciptakan ekosistem ekonomi digital yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, sekaligus memberikan perlindungan optimal terhadap keamanan dan privasi data masyarakat," tutur Budi.

Indonesia mencatat nilai ekonomi digital sebesar USD 90 miliar pada 2023, meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut mencakup transaksi e-commerce, layanan perjalanan daring, dan teknologi finansial (tekfin). Potensi ini terus didorong melalui pengembangan perdagangan digital lintas batas dan penguatan paperless trade, sebuah langkah penting menuju efisiensi dan transparansi perdagangan internasional.

Forum ini juga membahas berbagai rekomendasi ABAC, termasuk inovasi pembiayaan melalui Currency Basket Indexed-Bonds, pengembangan pasar karbon yang interoperable, serta digitalisasi perdagangan. Dalam hal pembiayaan inovatif, Mendag Budi menyoroti perlunya adaptasi untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.

"Pembiayaan inovatif harus inklusif, memastikan UMKM memiliki akses untuk berkembang dan berpartisipasi dalam perdagangan internasional," tambahnya.

Indonesia terus menunjukkan perannya dalam memperjuangkan perdagangan berkelanjutan dan digital di tingkat global. Dengan target pengurangan emisi hingga 43,2 persen melalui kerja sama internasional, Indonesia tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan lingkungan.

Melalui APEC, Indonesia berupaya membangun sinergi antara ekonomi digital dan keberlanjutan, menjadikan negara ini sebagai destinasi yang menarik bagi investor sekaligus mitra strategis dalam menghadapi tantangan global.

Editor: Gokli