Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kepri Catatkan Peningkatan Signifikan IPM, Raih Posisi Ketiga Nasional dan Pertama di Sumatera
Oleh : Devi Handiani
Jumat | 15-11-2024 | 17:04 WIB
IPM-Kepri1.jpg Honda-Batam
Provinsi Kepri Raih Posisi Ketiga Nasional dan Pertama di Sumatera dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2023-2024. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berhasil mencatatkan peningkatan signifikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2023-2024. Kepri menempati posisi ketiga secara nasional dan pertama di wilayah Sumatera, dengan IPM yang mencapai 79,89 poin, naik 4,87 poin dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, dalam konferensi pers yang digelar di Kantor BPS Provinsi Kepri, menyatakan bahwa kenaikan IPM ini merupakan hasil dari penguatan berbagai elemen pembentuk indikator IPM, termasuk pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.

"Dengan angka tersebut, Kepri berada di atas rata-rata nasional," ujarnya, Jumat (15/11/2024).

Tingkat pertumbuhan IPM nasional tercatat hanya sebesar 0,81 poin atau tumbuh 1,02 persen, menjadikan pencapaian Kepri yang berada di posisi ketiga secara nasional sangat membanggakan. Kepri juga berhasil mempertahankan posisi teratas di wilayah Sumatera.

Meski demikian, Margaretha mengungkapkan bahwa Provinsi Kepri masih menghadapi tantangan besar, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesiapan tenaga kerja menghadapi dunia kerja. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan antara jumlah pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Menurutnya, penguatan keterampilan menjadi prioritas yang harus diperhatikan. Sebagai contoh, untuk daerah yang dikelilingi laut seperti Kepri, keterampilan spesifik seperti teknik pengelasan bawah air perlu diperkenalkan kepada siswa.

"Dengan demikian, keterampilan yang dimiliki menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan," jelasnya.

Margaretha juga menekankan pentingnya penyusunan kurikulum yang tepat dan pengembangan jalur pendidikan informal, seperti kursus atau pelatihan tambahan, untuk memastikan kecocokan antara kemampuan tenaga kerja dan kebutuhan pasar.

"Langkah ini perlu terus didorong agar terdapat kesesuaian antara peluang kerja yang tersedia dengan kompetensi tenaga kerja,' pungkasnya.

Editor: Yudha