Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

IHSG Diprediksi Menguat

Sektor Tambang dan Consumer Goods Layak Koleksi
Oleh : Sumantri
Jum'at | 04-03-2011 | 12:03 WIB

Batam, batamtoday - Pergerakan Indeks hari ini dibuka menguat, tak jauh beda dengan sesi penutupan sesi kamis sore kemarin. Kondisi bursa masih stabil dan hanya beberapa isu internal perekonomian, seperti pergerakan BI Rate, yang masih membayangi pergerakan Indeks.

"Hanya BI Rate yang menjadi fokus pelaku usaha yang bermain di bursa beberapa hari terakhir, sehingga mengakibatkan sektor tambang terdongkrak," ujar Henri Effendi, Analis PT Citi Pacific Securities, kepada batamtoday, Jum'at 04 Maret 2011.

Henri menambahkan, fluktuatifnya beberapa saham yang bersentuhan langsung dengan perbankan dan makro finansial, memang mencerminkan keterkaitan erat antara saham tersebut dengan keputusan penetapan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate). Dirinya berpendapat, terutama saham-saham dari emiten Perbankan selama BI Rate masih dalam penggodokan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), yang dilakukan hari ini, saham-saham emiten Perbankan tentunya akan bergerak tak pasti alias fluktuatif.

Ditempat terpisah Wesley Andri, Manager Relation PT Majapahit Securities Jakarta, melalu percakapan seluler menuturkan, jika melihat karakter pergerakan indeks hari ini, masih akan terjadi tren penguatan hingga penutupan perdagangan hari ini. Wesley menyarankan agar pelaku pasar untuk melirik sektor tambang dan consumer goods.

"Sampai dengan detik ini Indeks masih berjaya dengan penguatan dikisaran 10 hingga 15 point, hampir semua sektor memperlihatkan track record perdagangan yang baik sekali. Sepertinya pelaku usaha sedikit melirik sektor Tambang dan Consumer Goods, karena berpeluang bullish (menguntungkan-red), selanjutnya beberapa saham perbankan juga layak koleksi," ujarnya kepada batamtoday, Jum'at, 04 Maret 2011.

Menguatnya beberapa saham Big Cap, sedikit mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada perdagangan spot antar bank yang terjadi hari ini. Hingga penutupan kemarin sore, Rupiah telah memecahkan suppor psikologis di level Rp 8.800 per Dolar Amerika. Namun tidak demikian halnya dengan minyak mentah, sampai detik ini, si 'emas hitam' masih berada dilevel tinggi lebih dari 100 Dolar Amerika per barel.

Terakhir, pantauan bursa dan perdagangan komoditas mencatat, harga logam mulia, menggila akibat krisis energi yang dipengaruhi oleh kisruh politik di Timur Tengah. Transaksi di sejumlah toko mas ternama di Jakarta menunjukan berkurangnya transaksi alias sepi.