Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengemudi Blue Bird di Batam, Hidup dalam Ketidakpastian
Oleh : yp
Sabtu | 20-10-2012 | 20:17 WIB


BATAM, batamtoday - Mendapatkan pekerjaan yang layak tentu menjadi harapan bagi setiap masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya sehari-hari, begitu juga dengan para pengemudi taksi Blue Bird.


Namun apa daya, meski sudah dipastikan mendapatkan pekerjaan, sampai hari ini mereka belum dapat melakukan pekerjaannya menyusul keputusan Pemerintah Kota Batam menghentikan izin operasi taksi itu secara kontraversial.

Zulfan (35) tersenyum kecut saat berjabatan tangan dengan sejumlah wartawan yang ditemuinya di pool Blue Bird yang berlokasi di kawasan Simpang Jam, Baloi, Sabtu (20/10/2012).

Wajahnya terlihat cerah. Namun dia seperti tak dapat menyembunyikan tatap matanya yang tampak sedikit sayu dengan bola mata yang selalu bergerak.

"Kami baik-baik saja mas," ujarnya menjawab pertanyaan wartawan mengenai kondisi dia dan kedua temannya yang lain yang saat itu mendampinginya. Sujianto (30) dan Syahmi (33).

Sambil berdiri diapit kedua temannya, pria kelahiran Kota Tanjungpinang itu menuturkan mereka merupakan pengemudi angkatan I yang direkrut manajemen Blue Bird untuk bekerja di Batam pada awal Juli 2012 lalu.

Mendengar dari ceritanya, untuk menjadi pengemudi Blue Bird ternyata tidak gampang begitu saja. Sekitar 80 pengemudi taksi Blue Bird yang seluruhnya warga Batam itu harus melalui beberapa tahapan tes untuk dapat menjadi karyawan.

Mulai dari tes tertulis mengenai peraturan-peraturan lalulintas, psikotes, sampai tes mengemudika mobil dengan aman dan nyaman. Bahkan setelah dinyatakan lulus tahapan-tahapan tes itu, mereka juga harus menjalani pelatihan mengemudi sesuai standarisasi Blue Bird, selama seminggu.

Setelah menjalani proses itu, mereka diberitahukan oleh pihak manajemen bahwa mereka akan bekerja mulai 1 Agustus 2012.

"Saat itu, saya dan keluarga saya sangat senang, banyak harapan kami mau beli barang-barang dan keperluan hidup sehari-hari juga biaya sekolah anak," ujar Zulfan yang memiliki seorang anak itu.

Namun seperti menelan pil pahit. Blue Bird ternyata batal beroperasi mulai 1 Agustus menyusul keputusan Pemerintah Kota Batam menghentikan izin operasi taksi itu setelah didemo para sopir dan pemilik taksi yang sudah beroperasi terlebih dahulu di kota ini.

Buyar sudah kegembiraan Zulfan dan keluarganya, begitu juga para pengemudi dan keluarganya yang lain. Apalagi sampai saat ini, meskipun sudah ada keputusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN) Tanjungpinang yang membatalkan penghentian operasi itu, namun Blue Bird belum juga beroperasi.

Padahal, sudah hampir tiga bulan ini mereka sudah menunggu kepastian untuk dapat bekerja. Beragam pekerjaan sambilan pun terpaksa mereka lanjutkan untuk menutup kebutuhan hidup mereka dan keluarganya.

Syahmi misalnya. Sejak manajemen Blue Bird menyatakan mereka belum bisa bekerja, dia memilih mengojek di kawasan Patam Lestari dan Sei Harapan.

"Kalau saya cari pekerjaan lain, saya takut manajemen menganggap saya tidak serius mau bekerja. Tapi lain sisi saya kan harus mencukupi kebutuhan keluarga saya juga mas," ujar pria yang memiliki tiga anak tersebut.

Sedangkan Zulfan dan Sujianto sama-sama memilih menjadi sopir carteran.

Tetapi tetap saja, pekerjaan sampingan yang mereka lakoni belum dapat menutupi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Bingung dan hampir frustasi mereka rasakan saat ini.

Kesedihan pun kerap mereka alami setiap menjawab istri dan anak-anaknya yang bertanya soal pekerjaannya di Blue Bird.

"Istri saya sering nanya, ayah kapan mulai kerja ya?" kata Zulfan menirukan ucapan istrinya.

Usai mengatakan itu, Zulfan dan kedua temannya termangu sejenak. Senyum kecutnya pun terbentuk sesaat kemudian.

Selanjutnya, dia mengungkapkan keheranannya, mengapa taksi Blue Bird ditolak beroperasi di Batam sehingga dia dan rekan-rekannya yang lain tidak dapat bekerja.

Padahal sebagai warga Batam, lanjutnya, mereka juga berhak mendapatkan pekerjaan di kota ini dan dia meyakini Blue Bird bukan ancaman bagi taksi lain yang sudah beroperasi terlebih dahulu.

"Kecuali Blue Bird bawa pengemudi dari daerah lain, kami juga pasti akan ikut demo menolaknya," sambungnya.

Sujianto menambahkan, dia berharap para sopir dan pemilik taksi lain untuk dapat menerima kehadiran Blue Bird untuk secara bersama-sama memajukan pertaksian di Batam, bukan menganggapnya sebagai musuh atau kompetitor yang akan merugikan.

"Kita bisa bersama-sama menjadikan pelayanan taksi di Batam jadi lebih baik dan dipercaya masyarakat," katanya.