Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menengok Lebih Dekat Pantai Mempadi dan Pasir Bana, Pesona Wisata Nan Eksotis di Pulau Poto
Oleh : Harjo
Senin | 16-09-2024 | 17:04 WIB
Wisata-Pantai-Poto1.jpg Honda-Batam
Pantai Mampadi Pulau Poto Bintan. (Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Pantai Mempadi dan Pantai Pasir Bana, di Pulau Poto, Kabupaten Bintan, ternyata menyimpan pesona wisata yang eksotis. Pulau seluas sekitar 1.500 hektar ini memiliki dua pantai pasir putih, yakni Pantai Mampadi dan Pantai Pasir Bana.

Dua kawasan tersebut memiliki potensi pengembangan pariwisata yang cukup menarik. Apalagi, sudah ada resort di Pulau Cempedak dan Pangkil, yang saling barhadap-hadapan dengan kawasan pantai berpasir putih di Pulau Poto tersebut.

"Dua pantai yang ada di Pulau Poto tersebut, seperti mutiara yang masih terpendam. Karena sangat menarik serta menyimpan potensi wisata bahari yang sangat eksotis," ujar Dewi, salah satu pengunjung, kepada BATAMTODAY.COM, belum lama ini.

Walaupun belum banyak diketahui, Pantai Mempadi berada di dalam kawasan HGB PT Mempadi Manggala Jaya (MMJ) dengan luas sekitar 35 hektar itu akan dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari.

Saat kunjungan BATAMTODAY.COM pada Sabtu (14/9/2024), yang melakukan tour keliling Pulau Poto, dapat menyaksikan keindahan pulau di wilayah timur Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri, tersebut.

Menggunakan transpotasi laut atau pompong, sejumlah wartawan bertolak dari Pelabuhan Pantai Indah Kijang, Bintan Timur, menuju Pulau Poto yang diperkirakan lama perjalanan sekitar 45 menit.

Perjalanan melewati Desa Kelong dan Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Pesisir. Di mana, mulai perairan sekitar depan kawasan Galang Batang, pantai Pulau Poto sudah memperlihatkan keindahannya.

Karena hempasan ombak terlihat jelas pada barisan bebatuan alam yang besar menambah daya tarik tersediri, sebagai pelengkap panorama keindahan pantai.

Agung, perwakilan manajemen PT MMJ, langsung memperkenalkan objek wisata Pantai Pasir Mempadi dan Pasir Bana. Dikatakan, barisan batu-batu besar di pantai Pulau Poto di bagian ini, menghadap ke Pulau Mangkil dan Pulau Cempedak, serta dari kejauhan terlihat Desa Mapur.

Itu salah satu dari barisan batu-batu yang besar. Namun di teluk ini memang tidak terlihat batu-batu besar. Tetapi, di bibir pantai teluk merupakan hamparan pasir putih. Panjang pantai berpasir dengan ombak yang cukup besar ini, tak kurang dari 500 meter.

"Di Pantai Pasir Bana ini lokasinya memang di teluk. Namun ombaknya cukup besar. Di dasar laut ini, terumbu karangnya cukup padat. Dengan kondisi pantai seperti ini, sangat disukai oleh para wisatawan," kata Agung.

Dijelaskan, pantai Pasir Bana, hingga saat ini dimiliki oleh atas nama Donny, yang berstatus hak milik. Riwayat tanah kepemilikannya turun temurun mulai dari nenek dan kakeknya.

Tidak hanya itu, selain pantai Pasir Bana, berlanjutkan ke arah selatan Pulau Poto. Di sebalik tanjung Pantai Pasir Bana, bibir pantai ditumbuhi hutan mangrove yang sangat luas. Kawasan hutan bakau ini merupakan tempat para nelayan mencari ketam (kepiting) dan udang. Sedangkan di laut, sebagai tempat memasang bubu untuk menangkap ikan, kepiting dan sejenis biota laut bagi nelayan.

"Kawasan dengan lebatnya hutam magrove, juga cocok untuk lokasi wisata mangrove, karena memiliki daya tarik sendiri," ujarnya.

Dari sisi lain, air laut di pesisir Pulau Poto ini terlihat biru pekat. Sebagai tanda belum tercemar dengan aktivitas industri. Sehingga masih bisa nelayan di Bintan Pesisir dan sekitarnya mencari sumber kehidupan di pesisir laut ini.

Tetapi, untuk beberapa tahun ke depan, laut di daerah ini terancam bakal tercemar. Pasalnya, PT Galang Batang Kawasan Ekonomi Khusus (GBKEK) yang menguasai ratusan hektare lahan di pulau ini akan melakukan reklamasi untuk mendirikan industrii, PT GBKEK dikabarkan ekspansi dari PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan.

Kawasan hutan mangrove yang terancam direklamasi itu, terlihat deburan ombak di pantai pasir putih. Pantai ini tak cuma berpasir putih. Tapi, air lautnya sangat biru dan bersih. Di bagian tanjung pantai, terlihat susun batu-batu besar. Pantainya cukup landai, cocok untuk tempat mandi.

Di tengah pantai sepanjang kurang lebih 1 kilometer ini, terdapat dermaga yang masih dibangun dari kayu, berlantai papan tebal. Dermaga atau pelantar ini panjangnya hampir 200 meter.

Sebaliknya, yang ada di depannya ada Pulau Cempedak, berdiri kokoh bangunan resort dengan model yang menarik. Hingga kini, resort di Pulau Cempedak tersebut masih banyak dikunjungi turis asing. Turis yang berkunjung ke Pulau Cempedak ini cukup banyak yang menikmati snorkeling di depan pantai di Pulau Poto tersebut.

"Ini Pantai Mempadi Pulau Poto. Di depan, tempat turis melakukan snorkeling. Mereka menikmati wisata bahari, melihat terumbu karang yang indah di dasar laut, atau di depan Pantai Mempadi," paparnya.

Pantai Mempadi sepanjang 1 kilometer ini, lautnya cukup landai dibandingkan Pantai Pasir Bana. Air di Pantai Mempadi ini jernih. Pantai ini tidak menjadi penumpukan sampah seperti di daerah wisata Pantai Trikora, yang sudah dikenal hingga ke mancanegara.

Bahkan, Pantai Mempadi ini memiliki beberapa spot untuk melakukan snorkeling, guna menikmati wisata bawah laut. Selain memiliki daya tarik batu-batu besar, Pantai Mempadi Pulau Poto juga terlihat asri dengan pohon cemara (pinus).

Justru itu, PT Mempadi Manggala Jaya (MMJ) ingin menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata bahari. Karena Pantai Mempadi Pulau Poto ini menyimpan potensi wisata bahari nan eksotis.

Selain bisa mendatangkan turis dan membuka lapangan kerja bagi anak Bintan, menjadikan Pantai Mempadi sebagai tempat wisata, sama artinya menjaga ekosistem laut. Karena, di perairan Pantai Mempadi Pulau Poto ini sebagai lokasi bagi nelayan menangkap ikan.

"Sangat ironis, pantai Mempadi Pulau Poto ini juga diklaim masuk dalam site plan PT GBKEK untuk pengembangan kawasan industri. Padahal, ini jelas-jelas lahan PT MMJ. Itu diketahui saat kita mengurus perizinan untuk pengembangan wisata, ternyata sudah masuk siteplan GBKEK," keluhnya.

Editor: Yudha