Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Orang Indonesia Suka Berobat ke Luar Negeri

Malaysia Buka 16 Cabang Rumah Sakit di Tanah Air
Oleh : si/ant
Minggu | 14-10-2012 | 16:01 WIB

PEKANBARU, batamtoday - Malaysia selama ini membuka 16 kantor cabang Rumah Sakit Mahkota Medical Centre (MMC) atau Mahkota Malaka di Indonesia untuk layanan kesehatan bagi pasien-pasien dengan biaya terjangkau.


"Kantor Cabang itu telah dibangun di Pekanbaru, Bali, Kalimantan, dan sejumlah cabang di Sumatera. Kami tidak membedakan layanan kesehatan bagi orang Malaysia maupun bukan," kata Eksekutif Pemasaran RS MMC Malaysia, Goh Pei Ru, di Pekanbaru, Minggu (14/10/2012).

Di sela peluncuran Pusat Neurologis MMC, ia menjelaskan, MMC merupakan rumah sakit milik perusahaan Health Management International LTd (HMI) yang termasuk kelompok bisnis kesehatan berkantor pusat di Singapura.

"RS yang telah terdaftar di Singapura Exchange itu didirikan pada September 1994 dengan tujuan menyediakan layanan kesehatan terbaik dengan biaya terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat mana pun," katanya.

Terkait pelayanan kesehatan di MMC, ia mengatakan, pelayanan ditangani 69 spesialis medis penuh waktu dari berbagai bidang keahlian dengan perawatan lengkap dan biaya terjangkau.

"Pelayanan yang lengkap antara lain kami berikan dengan membuka pusat layanan neurologis yang didukung dua spesialis syaraf, dua spesialis bedah syaraf, seorang spesialis syaraf anak-anak, seorang spesialis kejiwaan, seorang pakar psikologi, ahli physioterapi, dan pakar gizi," katanya menambahkan.

Suka Berobat ke Luar Negeri
Sementara itu, secara terpisah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menjelaskan, hasil analisa kecenderungan orang Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam setahun rata-rata ada 1,2 juta orang.

"Dengan kondisi seperti ini, rata-rata uang Indonesia yang lari ke luar per tahun sebesar Rp1,2 triliun. Angka ini sangat besar dan kontraproduktif dengan upaya pemerintah Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai wisata kesehatan," kata Mari Elka di Nusa Dua, Bali kemarin.

Menurut dia, jumlah ini bisa dicegah dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan mulai dari fasilitas dan sumber daya manusia (SDM).

"Saat ini sudah banyak rumah sakit di Indonesia, baik swasta maupun pemerintah yang memiliki sertifikasi internasional dari segi pelayanan, SDM, fasilitas dan sebagainya," ujar Mari Elka.

Ia berharap dengan data ini tidak banyak lagi orang Indonesia yang berobat ke luar negeri karena fasilitas dalam negeri sudah tersedia dan memadai," ucapnya.

Menyinggung pengembangan wisata kesehatan, kata Mari Elka, pemerintah sudah mengembangkan rumah sakit yang bisa melayani wisata kesehatan di lima lokasi di Indonesia.

Kelima lokasi tersebut antara lain di Bali, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Manado. Lokasi tersebut kemungkinan besar akan terus dikembangkan di beberapa lokasi lainnya.

Menparekraf mengatakan, saat ini tren wisata kesehatan semakin tinggi di dunia. Bahkan beberapa studi kasus menunjukkan, estimasi pengeluaran wisata kesehatan meningkat hingga 100 miliar dolar AS per tahun di tahun 2012. Peningkatan itu terjadi untuk "wellness tourism" maupun untuk "healthcare tourism".

"Peningkatan diperkirakan mencapai 20 hingga 30 persen dari tahun 2010 yang hanya mencapai 78,5 miliar dolar AS," ujarnya.