Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Asa Tukang Sapu Yang Tersapu
Oleh : Dodo
Rabu | 02-03-2011 | 12:59 WIB
Kembang.gif Honda-Batam

Kembang - Deretan kembang papan ucapan selamat pelantikan Walikota dan Wakil Walikota masih berjejer di sepanjang jalan Engku Putri, Rabu, 2 Maret 2011. Andaikan uang untuk alokasi kembang papan ini diperuntukkan bagi para buruh kebersihan yang belum pati kapan terima gaji tentunya akan sangat mmebantu. (Foto: Dodo)

Batam, batamtoday - Suasana simpang Engku Putri, sebuah land mark Kota Batam, pada Selasa, 1 Maret 2011 memang agak berbeda dengan biasanya. Ruas jalan antara Masjid Raya Batam dengan Kantor Bank Indonesia itu biasanya cukup ramai dengan lalu lalang para pengendara sepeda motor namun menjadi tertutup bagi pengguna jalan setelah adanya pelantikan pejabat penting yakni Walikota dan Wakil Walikota di sebuah gedung yang sering disebut sebagai rumah (wakil) rakyat, Kantor DPRD Kota Batam.

Terlihat puluhan polisi sibuk mengalihkan jalur pengendara kendaraan dengan satu alat tiup yang cukup ampuh, peluit. Priiit...., priiiiit, priiiiit....! Masyarakat umum dilarang lewat Engku Putri,  namun dipersilahkan bagi para pejabat maupun pengusaha dengan mobil mewah berkilat yang akan menghadiri seremoni pelantikan penguasa Batam.

Saat matahari mulai meninggi, ada seorang yang seolah tak peduli dengan aktivitas para polisi maupun petinggi Batam. Deretan bunga papan ucapan selamat bagi Walikota dan Wakilnya hanya dia samakan seperti hiasan dinding belaka dan sibuk menjalani tugasnya sebagai tukang sapu jalan.

Dialah Hasan, seorang lelaki bertubuh kecil dengan sapu bertongkat panjang yang dia genggam erat di tangannya. Peluh yang menetes di wajahnya seolah menjadi bukti kesungguhan hidupnya untuk menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

"Tugas saya menyapu kawasan Engku Putri ini dari jam 06.00-08.00 WIB setiap hari," kata Hasan kepada batamtoday.

Dia mengaku sudah lebih dari tiga tahun ini menjadi penyapu jalan. Area kerjanya pun berpindah-pindah namun terakhir ditempatkan, dia bertugas menyapu ruas jalan di sekitar komplek pemerintahan Kota Batam agar bersih dan sedap dipandang mata para pemangku kebijakan yang selalu lalu lalang di kawasan tersebut.

Saat ditanya berapa gaji per bulan yang dia terima, Hasan hanya tersenyum kecut sambil menarik nafas panjang.

"Lumayan, mas," ujarnya singkat tanpa menyebut nominal pasti.

Namun sesaat kemudian muncul kegusaran di wajah pria ini, dengan setengah lirih dirinya berucap bahwa sudah tiga bulan terakhir ini gaji belum sampai ke tangannya sehingga dia harus hutang kanan-kiri selama gajinya belum terbayar.

"Alasan dari kantor belum ada anggaran," ujarnya.

Hal yang sama juga dialami Surti (nama samaran) kompatriot Hasan sesama penyapu jalan. Dia juga mengaku belum menerima hak dari tetesan keringatnya menyapu jalan.

"Belum cair juga, mas," ujar Surti.

Padahal, kata Surti, pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam telah menjanjikan gaji para tenaga kebersihan yang terdiri dari penyapu jalan, tukang potong rumput, pemelihara taman dan pembersih parit/drainase itu akan dibayarkan akhir Februari kemarin.

Sulaeman Nababan, Sekretaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam saat menanggapi aksi para pahlawan kebersihan beberapa waktu lalu menyatakan ada tunggakan pembayaran gaji bagi tenaga kebersihan sekitar Rp774 juta yang terdiri dari gaji pokok sesuai UMK serta beberapa tunjangan lain seperti tunjangan transport, jaminan kematian (JK), jaminan kesehatan kerja (JKK), dan jaminan hari tua (JHT).

Alasan Nababan keterlambatan pembayaran gaji itu akibat dana dari Pemerintah Kota Batam belum cair.

"Kami sudah mengirimkan surat ke Pemko terkait anggaran untuk honor buruh kebersihan, namun belum ada jawaban hingga sekarang," kata Nababan saat itu.

Sebuah ironi karena Pemerintah Kota Batam mampu menganggarkan miliaran rupiah untuk seremoni pelantikan suksesi penguasa namun untuk membayar hak keringat para buruh kebersihan mereka menyatakan terjadi keterbatasan kas daerah.

Asa para tukang sapu untuk memenuhi kebutuhan mereka harus tersapu demi mewujudkan seremoni kekuasaan yang belum tentu ingat akan jasa para pahlawan kebersihan.