Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Di Usia 60 Tahun, Madrasah Tsanawiyah Tambelan Terancam Gulung Tikar
Oleh : hrj/dd
Kamis | 04-10-2012 | 09:42 WIB
sekolah_mahal.jpg Honda-Batam
Foto: Ilustrasi

TANJUNGUBAN, batamtoday - Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Kecamatan Tambelan merupakan badan hukum dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tambelan dan berdiri sejak 12 September 1952. Kini menginjak di usia 60 tahun, sekolah pertama berbasis Islam tersebut terancam gulung tikar.


Sebelum menjadi MTs Tambelan, sekolah tersebut pertama bernama Mualimin. Tahun 1954 berganti menjadi PGA dan tahun 1976 barulah berubah menjadi MTs Tambelan.

"Luar biasa beban yayasan. Kami tidak mampu lagi menghidupkan sekolah," kata Nazari H Husein, ketua YPI kepada wartawan, belum lama ini.

Meski mendapatkan bantuan Rp 20 juta per tahun, namun operasional sekolah mencapai Rp 70 juta setiap tahunnya. Untuk mencukupi hal tersebut, sekolah mengharapkan infaq dari masjid. Dari tiga kotak infaq, sekolah menumpang satu kotak infaq, lainnya punya masjid dan anak-anak yatim piatu.

"Alhamdulillah bisa dapat Rp 500 ribu perbulan, tapi masih kurang untuk operasional sekolah kadang kita mengharapkan dari orang tua murid dan masyarakat,’’ tutur Nazari.

Bukan hanya bantuan operasinal, katanya pemerintah memang memberikan insentif untuk tenaga guru sebanyak 14 orang. Namun insentif itu baru disalurkan enam bulan.

Mengenai tidak sanggup menghidupkan sekolah lagi, Nazari mengatakan pada tahun 2001 sudah berusaha menyampaikan ke Gubernur Riau saat itu agar sekolah diambil Pemerintah dan dijadikan SMP Negeri. Tapi ketika itu Departemen Agama tidak menyetujui sebab sekolah tersebut adalah sekolah satu-satunya dengan dasar Islam.

"Jadi tahun 2009 kami mengusulkan lagi, akhirnya 2010 kami diminta memenuhi persyaratan antaranya arsip, aset dan kekayaan yayasan. Kami ikhlas, tapi sampai kini belum ada kabarnya lagi,’’ katanya.

Sementara itu Yudi Candra Kepala Sekolah mengungkapkan saat ini memiliki empat ruang Kelas terdiri dari tiga ruang belajar dan satu ruang majelis guru. Untuk kelas I terdiri 28 siswa, kelas II 35 siswa dan kelas III 12 siswa serta tenaga pengajar 14 guru.

"Gurunya cuma satu yang berstatus PNS, lainnya honor. Untuk gaji guru kita menggunakan jenjang, Rp 5 ribu per jam dan Rp 10 ribu perjam karena yayasan sudah tidak mampu lagi," katanya.

Selain itu insentif dari pemerintah, turunnya enam bulan sekali. "Mau makan apa mereka selama menunggu enam bulan itu, jadi kami harapkan sekali sekolah ini bisa menjadi negeri," katanya.

Kemudian di akhir tahun, jika ada bantuan maka yayasan menyisihkan untuk perbaikan gedung. Ia mengatakan biasanya membeli tiang agar sekolah tetap kokoh.

"Kami sudah berusaha dan menunggu Kementerian Agama," imbuhnya.

S Wan Topan, tokoh masyarakat setempat mengatakan, MTs ini baru saja berulang tahun ke 60 dan baru dirayakan kemarin dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti jalan santai dan lainnya. Ia mengatakan di usia ke 60 tahun, sekolah ini sangat tidak sekuat dulu lagi maka dari itu perlu sokongan dari pemerintah terkait statusnya untuk dinegerikan.

"Saat ini yayasan mengeluhkan berat untuk mengoperasikan sekolah, saya harapkan orang Tambelan yang sudah berhasil di luar daerah untuk dapat membantu dan pemerintah dapat mengambil alih sekolah ini, dari pada sayang kalau akhirnya ditutup," pungkasnya.