Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Seni Mak Yong asal Bintan

Diakui Unesco Milik Tiga Negara
Oleh : arj/si
Sabtu | 22-09-2012 | 17:04 WIB
Muhtadi_Sekretaris_dewan_kesenian_Tanjungpinang.JPG Honda-Batam

Muhtadi, Sekretaris Dewan Kesenian Kota Tanjungpinang

TANJUNGUBAN, batamtoday - Seni Mak Yong, seni cerita teater  yang berasal dari Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sudah diakui sebagai warisan budaya dunia. Namun, sayangnya UNESCO mengakui Seni Mak Yong tersebut tidak hanya milik Indonesia saja, tetapi juga milik Thailand dan Malaysia.



Demikian disampaikan oleh Muhtadi Sekretaris Dewan Kesenian Kota Tanjungpinang kepada batamtoday di Serikuala Lobam, Jumat (21/9/2012).

"Diakuinya seni mak yong milik tiga negara yakni Thailand, malaysia dan Indonesia, hal itu berdasarkan hasil dari pertunjukan Mak Yong oleh tiga negara di Thailand pada tahun 2011lalu," kata Muhtadi.

Dalam pertunjukan tersebut Indonesia, Thailand dan Malaysia menampilkan Seni Mak Yong yang  memiliki kemiripan dan kesamaan baik dari cerita dan segi penampilannya. Hanya saja, kata Muhtadi yang juga ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Provinsi Kepri, untuk Mak Yong yang terpusat di mantang Bintan, memakai topeng pada saat tampil, sementara dua negara lainya tidak.

"Seluruh cerita yang di sampaikan Mak Yong, memang ada di tiga negara. Kalau Indonesia pusat Mak Yong ada di Mantang, Malaysia di Kelantan dan Tahiland berada di Pattani," katanya.

Muhtadi yang juga sebagai kurator dalam Mak Yong menjelaskan, untuk Mak Yong asal Pulau Mantang sendiri awalnya diperkenalkan oleh M Khalib Kasim (alm). Khalib sebagai maestro atau empunya dalam berbagai pertunjukan seni termasuk saat tampil di hadapan UNESCO di Thailand beberapa waktu silam.

Lebih jauh dia mengatakan, kehadiran Mak Yong di tengah masyarakat tentunya bisa sebagai hiburan dan kajian ilmiah. Cerita yang disampaikan melalui Seni Mak Yong berupa berbagai pesan seperti nasehat dan humor.

Selama ini Seni Mak Yong hanya dikenal masyarakat sebagai hiburan saja, namun kenyataannya seni ini sudah banyak melahirkan kajian-kajian Setidaknya sudah ada gelar profesor dan 18 doktor yang dihasilkan dari kajian Senin Mak Yong. 

"Dari  18 orang meraih gelar doktor tersebut, hanya satu orang Indonesia," ujarnya.

Guna menjaga kelesatarian budaya tersebut, lanjutnya, sudah ada Mak Yong-Mak Yong muda yang memperagakan kesenian Mak Yong, meskipun sang maestronya sudah tiada.

 "Walau sang empunya sudah tiada, tetapi saat ini sudah ada Mak Yong-Mak Yong muda yang melestarikan budaya tersebut," katanya.