Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penembakan WNI oleh Polisi Malaysia

Satu Korban Lain Diduga Kuat Muhid Diden
Oleh : ypn
Sabtu | 15-09-2012 | 13:22 WIB
muhid_diden.jpg Honda-Batam
Devi Rahmayani (kiri) dan Surhan (kanan), kakak ipar dan adik kandung Muhid Diden menunjukkan foto Diden.

BATAM, batamtoday - Satu lagi WNI korban penembakan oleh Polisi Malaysia yang sampai kini belum teridentifikasi pemerintah diyakini bernama Muhid Diden, warga Batu Merah, Kota Batam.


Keyakinan itu diungkapkan Devi Rahmayani (37), Kakak Ipar Diden, saat ditemui batamtoday di kediaman Osnan di kawasan Bengkong, korban lain yang sudah diidentifikasi pemerintah.

Devi mengatakan, dia dan keluarganya sangat yakin bahwa salah satu WNI yang tewas ditembak Polisi Malaysia pada Jumat (7/9/2012) lalu adalah Muhid Diden yang disebutnya berumur 39 tahun.

"Kami sangat yakin itu adik ipar saya," katanya, Sabtu (15/9/2012).

Dijelaskannya, keyakinan tersebut setelah melihat foto-foto korban yang dimiliki keluarga Osnan dan Jony dimana salah satunya diyakini Diden.

"Kami yakin itu Diden dari bentuk kepalanya," jelas dia.

Selain itu, keyakinan tersebut juga berdasarkan informasi yang didapat dari suaminya, A Rahman, atau abang kandung Diden, yang sudah mendapat kabar bahwa Diden sudah tewas ditembak Polisi Malaysia.

Surhan (24), adik kandung Diden yang ikut mendampingi Devi juga mengungkapkan hal yang sama. Dia meyakini kalau satu korban tewas itu abang kandungnya.

Surhan menjelaskan, Diden bekerja di Malaysia sudah lebih lima tahun, berangkat ke negara itu dari Batam dengan menggunakan paspor.

Diden disebut menjalin kontak dengan mereka di Batam terakhir pada Juni 2012 lalu, namun setelah itu tidak ada kabar lagi.

Setahu mereka, Diden bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di Malaysia tetapi tidak tahu di daerah mana tepatnya.

Diden memiliki seorang istri dengan tiga orang anak yang saat ini tinggal di kampung asal Diden di daerah Tarusa, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Diden sendiri ketika di Batam tinggal bersama dengan keluarga A Rahman dan Devi di kawasan Batu Merah, Batu Ampar, Batam.

Terkait dengan tuduhan perampokan, Devi dan Suhan tidak percaya Diden terlibat mengingat setiap pulang ke Batam, Diden tidak pernah membawa banyak uang.

"Diden tidak tentu balik ke Batam berapa bulan sekali tapi setiap balik, paling bawa uang Rp2 atau 3 juta. Makanya kami yakin dia tu bekerja di kebun. Setiap pulang, saya lihat telapak tangannya sangat kasar seperti kena duri," jelasnya.

Apapun kejelasan hukum Diden yang dituduh Polisi Malaysia telah berbuat kriminal, mereka hanya berharap Pemerintah Indonesia dapat membantu pemulangan Diden ke Batam.