Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Soal Penembakan 5 WNI, Pemerintah Hanya Bisa Memulangkan Jenazah
Oleh : si
Kamis | 13-09-2012 | 22:23 WIB
marty_natalegawa.jpg Honda-Batam

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

JAKARTA, batamtoday - Pemerintah  siap  untuk  memulangkan  warga negara Indonesia yang ditembak mati oleh Polisi Diraja Malaysia, jika  status kewarganegaraannya sudah jelas.



Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan  sampai saat ini  dari empat korban penembakan, baru satu yang dikonfirmasikan sebagai  WN.

"Tentu jenazah dibawa lagi di Tanah Air ketika diketahui dipastikan bahwa keempat  orang itu WNI.  Sampai saat ini yang sudah diketahui adalah 1 orang, dan yang 3 belum dikonfirmasikan," kata Marty di Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Marty mengatakan tentunya pemerintah akan melakukan verifikasi terkait jati diri mengenai tiga  korban lainnya, yang diduga oleh pihak Malyasia melakukan tindak perampokan.

Marty mengatakan  korban yang sudah diketahui jati dirinya sebagai WNI,  saat ini  sudah dalam proses pemulangan.

"Yang 3 identitasnya sampai saat ini belum bisa dikonfirmasikan, karena memang tidak memiliki data-data  pada dirinya.  Namun dari tiga korban  itu,  dari pihak kepolisian Malaysia, ditemukan tanda-tanda mereka memiliki data tentang tindak pidana di masa lalu, termasuk tindak perampokan," kata Marty.

Seperti diketahui lima warga negara Indonesia, Osnan alias Simon, Hamid, Diden, M. Noh dan Joni dinyatakan ditembak mati oleh Polisi Diraja Malaysia karena dituduh merampok di Ipoh Perak, Pulau Pinang, Malaysia.

Bukan  hanya itu. Organ tubuh korban yang empat diantaranya adalah warga Kota Batam itu juga diduga diambil.

Kabar tewas ditembaknya kelima WNI tersebut diungkapkan Devi, istri salah satu korban bernama Joni,  kepada wartawan di Batam, Rabu 12 September, malam.

Menurutnya, peristiwa penembakan terjadi pada  Jumat 7 September sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat pekan lalu berdasarkan informasi yang didapatnya dari Mat dan Endang, keluarga dari korban Noh yang merupakan warga Negara Malaysia.

Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia mengaku belum tahu informasi mengenai tewasnya 5 WNI di Malaysia akibat penembakan oleh Polisi Diraja Malaysia.  Minister Counsellor Pensosbud KBRI di Malaysia, Suryana Sastradiredja mengatakan pihaknya akan memastikan berita tersebut ke kepolisian Malaysia.

"Pasti akan kita cek ke PDRM. Kalau ternyata tidak diinformasikan, kita akan kecewa sekali kalau betul ada kejadian itu," ujar Suryana.

Suryana menuturkan satu pekan lalu ada pemberitaan di media Malaysia mengenai empat perampok warga negara asing yang diduga berasal dari Indonesia yang ditembak mati oleh polisi setelah terjadi kejar-kejaran. Namun dia mengatakan belum memastikan apakah kasus tersebut adalah kasus yang sama yang saat ini menjadi pemberitaan di Tanah Air.

"Apakah sama atau tidak, harus diselidiki. Yang jelas, dari kasus minggu lalu itu pelakunya 4 orang. Salah satu korban sudah diklaim oleh keluarganya. Dan bukan berasal dari Batam. Tapi kami akan telusuri dan cek lagi," jelasnya.

Menurut dia, dugaan dua kasus tersebut kemungkinan adalah kasus yang sama karena banyaknya WNI yang masuk ke Malaysia tanpa dokumen alias ilegal. Kalaupun berdokumen, kata Suryana, banyak WNI yang menggunakan nama palsu. Sehingga ketika terjadi kejadian WNI bersangkutan meninggal, proses pemulangan jadi lama karena terkendala identifikasi.

“Kalau tidak ada keterangan, susah dilacak. Kalau ada paspor, kita bisa lacak ke imigrasi yang keluarkan. Misalnya, berdasarkan record polisi mereka punya rekam kejahatan, direkam polisi Malaysia namanya Ahmad, padahal nama aslinya Abdul. Nama aliasnya juga banyak. Susahnya karena orang Indonesia ini sering pakai nama palsu masuk ke Malaysia," tuturnya.