Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Satu Dekade SD Negeri 002 Piayu Laut Tak Teraliri Listrik dan Air
Oleh : kli/dd
Jum'at | 07-09-2012 | 14:52 WIB

BATAM, batamtoday - Meskipun sudah satu dekade berdiri, SD Negeri 002 Tanjungpiayu Laut, Seibeduk belum pernah menikmati penerangan cahaya listrik PLN dan air bersih ATB. Namun, sekolah tersebut masih tetap berjuang membina dan mencerdaskan siswa-siswinya yang didominasi anak-anak hinterland.


Jumat (7/9/2012) siang, di lokasi Kampung Tua Tanjungpiayu Laut cuaca panas terik mulai menyengat ke ubun-ubun. Satu-satunya sekolah di daerah itu yakni SD Negeri 002 yang nampung sekitar 183 siswa untuk enam kelas dengan dua gedung utama. Dilihat dari segi fisik bangunan jauh tertinggal dibanding sekolah-sekolah lain di Batam. Namun, aktivitas belajar mengar tak kalah dengan sekolah yang mempunyai gedung mewah.

Sekilas tampak beberapa siswa yang lagi asik belajar dipandu guru yang berdiri di depan kelas. Sementara, di bagian luar, dua kelompak siswa sedang mengikuti pelatihan baris-berbaris untuk mengikuti perlombaan gerak jalan di lapangan Engku Putri, Batam Center, besok.

Dua ibu guru yang memandu pelatihan baris-berbaris siswa, tak henti-hentinya memberikan arahan dan contoh untuk mencapai kesuksesan dalam mengikuti lomba gerak jalan besok. Suasana ini tampak normal seperti tak ada keluhan yang membebani mereka.

"Besok, ada perlombaan gerak jalan di Engku Putri. Anak-anak perlu latihan dan bimbingan," tutur seorang ibu guru memakai jilbab.

Memasuki gedung sekolah, mulai tampak jelas ketertinggalan dengan gedung sekolah lain. Dari segi fasilitas sekolah maupun kelengkapan meubelair masih sangat tertinggal, namun masih tetap dapat digunakan untuk mencerdaskan siswa-siswi di sekolah itu.

Tak lama saat melihat latihan baris-berbaris itu, tampak beberapa siswa berlari membawa ember menuju rumah salah satu warga. Ember itu ternyata sebagai wadah membawa air dari rumah warga menuju toilet sekolah. Yang mana air itu dipergunakan untuk kebutuhan di toilet dan juga untuk keperluan lainnya. Dari rumah warga, air itu dibeli seharag Rp1.000 per ember, dan bisa dibayangkan berapa ember yang mereka butuhkan dalam sehari di sekolah itu.

"Sekolah ini belum masuk fasilitas air bersih. Kami terpaksa beli dari sumur warga seharga Rp1.000 per ember," ungkap Hazmia, Kepala SD Negeri 002 Tanjungpiayu Laut.

Tak cukup hanya terkendala air bersih, ternyata sekolah itu juga belum bisa menikmati penerangan cahaya listrik dari PLN. Untuk mendapatkan sumber listrik, mereka membeli genset berkekuatan 220 volt menggunakan bahan bakar premium.

"Genset itu kami pergunakan saat butuh menyalakan peralatan elektronik pendukung belajar dan keperluan kantor. Kalau tak lagi butuh, genset itu kami matikan," paparnya.

Karena menggunakan bahan bakar premium, wajar saja kalau sekolah itu harus mengeluarkan biaya yang lebih. Dan ternyata per empat hari, mereka mengeluarkan biaya Rp100 ribu untuk membeli premium guna operasional genset tersebut.

"Biayanya Rp100 ribu per empat hari. Kami harus usahakan semaksimal mungkin, makanya digunakan seperlunya saja," sebutnya.

Kekurangan itu, kata Hazmin sudah disampaikan kepada Pemko Batam. Setidaknya, dari semua kekurangan bisa terpenuhi. Namun, masih saja belum ada tindak lanjut dan tetap masih seperti itu.

"Kita sudah sampaikan semua kekurangan ini kepada Pemko Batam. Tapi belum ada tindak lanjut, kami hanya bisa menunggu dengan keadaan seperti ini," tutupnya.