Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dinilai Beratkan Orang Tua, Udin Sihaloho Soroti Kegiatan Wisuda Siswa SD, SMP dan SLTA
Oleh : Aldy Daeng
Rabu | 21-06-2023 | 18:36 WIB
Udin-sihaloho5.jpg Honda-Batam
Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam, Udin P Sihaloho. (DOK BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam, Udin P Sihaloho menyoroti kegiatan perpisahan anak sekolah dalam betuk wisuda untuk siswa SD, SMP serta tingkat SLTA karena biayanya menambah berat beban orang tua.

"Saya menyoroti wisuda-wisudaan anak sekolah sekarang. Kalau anak TK lulus, mau masuk SD dibuat wisuda, mungkin satu hal yang biasa. Itu satu hal kebanggaan anak-anak. Mereka lulus dari TK ke SD," ujar Udin, Rabu (21/6/2023).

Lain halnya dengan tingkat SD, SMP dan SLTA, ia menilai sebaiknya dikembalikan ke budaya lama. Cukup acara perpisahan, tanpa ada acara wisuda-wisudaan. Karena hal tersebut memberatkan orangtua murid. Lantaran biaya yang dikeluarkan cukup banyak.

"Misalnya, dibuat wisuda SD untuk masuk SMP, pastinya ada tambahan biaya, belum lagi orangtua itu harus memikirkan beli seragam baru, tas baru, dan semuanya untuk masuk SMP. Sempat ada lagi adiknya yang naik kelas, pastinya beban orang tua semakin berat," sesalnya.

Hal yang sama juga terjadi dari SMP menuju kejenjang SMA. Seharusnya, pihak sekolah lebih fokus kepada kualitas pendidikan dibandingkan dengan acara seremonial.

"Untuk SMA mungkin bukan kewenangan saya untuk menyampaikannya. Tapi saya selaku DPRD Kota Batam yang membidangi pendidikan saya lebih fokus kepada kualitas anak SMA dan SMK. Banyak anak tak mengerti matematika dasar. Hal itu yang harus diperhatikan. Perkalian saja tak tau," paparnya.

Seharunya, meurut Udin, para peserta didik dan pihak sekolah mesti memahami betapa ketatnya persaingan dunia pekerjaan saat ini. Sehingga banyak perusahaan kota Batam merekrut tenaga kerja dari luar Batam. "Ini bukan hoax. Ada beberapa saya tanya SMA dan SMK disini, mereka gak mengerti perkalian," tutur politisi senior PDI-P ini.

Ia menambahkan, bila pihak sekolah ingin menyelenggarakan wisuda, diharapkan jangan sampai membebani orangtua murid.

"Proses wisuda-wisudaan ini disudahilah. Karena cukup memberatkan orangtua murid dan banyak orang tua murid mengadu kepada saya," katanya.

Terpisah, Oktavia, salah seorang orangtua murid di salah satu sekolah swasta Batam Center, mengaku keberatan adanya acara wisuda saat anaknya lulus dari SD. Hal ini dikarenakan beratnya biaya yang dikeluarkan.

"Kami harus beli Toganya sendiri. Padahal Toga itu dipake cuma sekali saja. Lepas itu disimpan dilemari. Padahal kita harus mempersiapkan seragam SMP nya lagi," kesal Octavia.

Semestinya menurut Octavia, pihak sekolah menyediakan penyewaan toga kepada anak-anak. Sehingga orangtua tak harus membeli toga dengan harga mahal.

"Sebenarnya kita dikasih pilihan mau beli atau tidak. Tidak logika, teman-teman anak kita wisuda pakai toga. Namun anak kita tidak. Itu bisa dibully dong, insecure dong dia," katanya.

Lanjutnya, waktu TK anaknya sudah merasakan pakai toga. Seharusnya tak perlu lagi pakai-pakai toga.

"Menurut saya pakai toga kan bisa lulus kuliah nanti. Tapi ada pula yang bilang siapa tau ada anak yang tak bisa menikmati kuliah jadi bisa merasakan pakai toga," katanya.

Anehnya lagi, kata dia, guru-guru dan kepala sekolah turut pake toga demi menyebutkan nama peserta didik satu persatu. "Sekalian ajalah sebut IPK-nya," pungkasnya.

Editor: Yudha