Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Business Matching Efektif Atasi Defisit Perdagangan Indonesia
Oleh : Irwan Hirzal
Sabtu | 20-05-2023 | 13:24 WIB
Marolop-Nainggolan.jpg Honda-Batam
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kemendag, Marolop Nainggolan. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melihat ada beberapa celah atasi defisit neraca dagang Indonesia terhadap Tiongkok, salah satunya dengan business matching dimana kedua belah pihak bisa lebih leluasa diskusi, negosiasi.

Upaya mengurangi defisit dengan percepatan hubungan dagang, kerjasama dan investasi, business matching yang paling efektif.

"Itu (business matching) salah satu cara. Perdagangan bisa melalui kegiatan pameran, promosi dan lain sebagainya. Tapi kalau business matching dengan dua arah, sehingga (pencapaian) bisa lebih cepat," ujar Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kemendag, Marolop Nainggolan, dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/5/2023).

Setelah pandemi Covid-19, Kemendag mengejar pencapaian beberapa program kerjanya. Selama dua tahun ketika pandemi Covid mendera, beberapa kegiatan promosi perdagangan di luar negeri tidak ada satupun digelar.

Beberapa misi dagangan juga tidak ada yang melakukan kegiatan di luar negeri. Sehingga ketika ada kunjungan delegasi dari luar negeri, termasuk dari provinsi Shandong - Dezhou, Tiongkok, tidak disia-siakan.

Delegasi Dezhou mengadakan business matching di Jakarta dengan beberapa pengusaha swasta nasional Indonesia. "Kegiatan seperti ini juga sering dilakukan di Kemendag, atau Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN). Kami fasilitasi pertemuan dengan perwakilan negara lain. Ini cukup penting. (Pengusaha Indonesia) dengan delegasi Dezhou, sebagaimana kegiatan perdagangan dimulai dari trust (kepercayaan). Untuk mengarah kesana, kami gelar business matching di Kemendag, atau membawa (misi dagang luar negeri) ke berbagai perusahaan yang prospektif untuk kerjasama, investasi," kata Marolop Nainggolan.

Di tempat berbeda, salah seorang pengusaha asal Indonesia Omar Kidang mengaku sebagai broker perusahaan modal ventura yang berkantor di Singapura. Selama ini, dia berusaha mencari beberapa komoditas yang dicari pasar luar negeri seperti oli bekas, rumput laut dan lain sebagainya.

Ketika hadir pada acara Dezhou - Indonesia Business Matchmaking Conference di Jakarta, Omar Kidang, mencari mitra untuk kerjasama pengembangan akuakultur, khususnya udang vaname. "Capital company kami di Singapura cari businessman yang kelola tambak udang, untuk buka peluang kerjasama. Kalau ada yang tertarik, (calon mitra di Indonesia) ajukan business proposal," Omar.

Tetapi upayanya dianggap, tidak terlalu menarik untuk prospek bisnis dan kerjasama investasi. Beberapa pengusaha tambak udang di Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Aceh Timur, Bintuni (Papua Barat) mengaku tidak tertarik dengan peluang tersebut. Salah satu alasanya, ketika buka komunikasi melalui sambungan telepon, belum ada chemistry-nya. Artinya, kedua belah pihak tidak 'klik' atau cocok untuk penjajakan bisnis.

"Silakan datang saja ke tambak kami di Parigi Moutong, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan lain sebagainya. Setelah survey, kita bicara sampai bisa atau tidak memutuskan kerjasama investasi. Kami kelola tambak udang dengan kapasitas besar. Sekarang ini, kami tinggal membangun processing nya, cold storage. Mudah-mudahan, semua unit processing selesai dibangun pada akhir tahun ini. kapasitas 80 ton per hari. Mungkin, tambak kami terbesar di Asia Tenggara," kata pengusaha lainnya, tanpa mau menyebutkan namanya.

Sebagian besar perusahaan tambak udang di Tiongkok sudah mengenalnya. Sehingga kalau ada pengusaha Indonesia yang ujuk-ujuk mengaku sebagai broker perusahaan modal ventura, dan meminta business proposal untuk kerjasama, dia tidak mau merespons.

"Ada beberapa broker termasuk dari Tiongkok, Indonesia yang mau prospek usaha tambak udang. Tapi kami kan sudah tahu kredibilitas si A, si B, si C, dan saya juga nggak mau buang waktu percuma terima tawaran mereka. Saya anggap sekedar tambah teman saja, bukan untuk bisnis kerja sama," katanya.

Editor: Gokli