Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

SFA Publikasi Alasan Hentikan Impor Babi dari Batam
Oleh : Redaksi
Minggu | 07-05-2023 | 12:32 WIB
ternak_babi_b.jpg Honda-Batam
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Singapura menghentikan importasi babi hidup dari Pulau Bulan, Batam. Hal itu dilakukan sejak Badan Pangan Singapura (SFA) menemukan babi dari Pulau Bulan positif terinfeksi flu babi Afrika atau African Swine Fever/ASF.

Penghentian itu bermula sejak 20 April 2023 lalu, di mana Badan Pangan Singapura (SFA) menemukan babi mati terinfeksi flu babi afrika. SFA mengungkap bangkai babi tersebut terkontaminasi dari babi hidup dari Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Oleh sebab itu, SFA memutuskan untuk menghentikan importasi babi dari Pulau Bulan mulai 23 April dan seterusnya. Bersamaan dengan itu, pihak SFA masih terus melakukan investigasi atas merebaknya flu babi afrika tersebut.

"Karena situasi saat ini, akan ada gangguan sementara pada pasokan daging babi yang baru disembelih mulai 23 April dan seterusnya," kata SFA dikutip dari CNA, Sabtu (6/5/2023).

"SFA bekerja sama dengan RPH untuk membersihkan tempat dan lingkungan sekitarnya setelah pemotongan babi yang saat ini berada di RPH telah selesai, serta untuk menjaga langkah-langkah biosecurity di RPH." lanjut SFA.

Kemudian, Kementerian Pertanian dari Indonesia mengkonfirmasi adanya flu babi yang menyerang babi di Pulau Bulan. Hal ini diungkapkan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra mengatakan hasil pengujiannya juga menghasilkan bahwa babi yang dikirim dari Pulau Bulan ke Singapura positif flu babi.

"Hasil pengujian lanjutan baik oleh Laboratorium BBUSKP dan BVet Bukittinggi adalah positif ASF dan negatif CSF, sehingga perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui genom virus terkait kemiripan asal virus," jelas Wisnu dalam keterangan tertulis.

Barantan juga menyatakan hasil investigasi bersama antara Indonesia dan Singapura terjadi kematian babi yang cukup besar di Pulau Bulan, namun dengan gejala klinis mengarah ke Classical Swine Fever (CSF)/Hog Cholera.

Sebagai langkah tindak lanjut, Barantan, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Singapura (Singapore Food Agency dan NS Park) telah melakukan dialog pada 28 April 2023 yang lalu di Kantor PT ITS.

Selain itu, Karantina Pertanian Tanjung Pinang, melakukan langkah-langkah berupa pengujian ASF terhadap ternak babi yang akan dilalulintaskan. Pihaknya juga akan melakukan pengetatan tindakan karantina hewan.

"Selain itu, pemantauan terhadap importasi pakan dan bahan pakan yang masuk ke Pulau Bulan sebagai langkah kewaspadaan kemungkinan masuknya ASF di pulau ini," jelas Wisnu.

Daging Utuh

Sementara itu, menindaklanjuti masalah tersebut, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan menyampaikan, pihaknya telah melakukan diskusi dengan pihak Singapura mengenai hasil investigasi temuan flu babi Afrika (African Swine Fever/ASF) pada babi dari Pulau Bulan.

Dalam pertemuan tersebut, Dirjen PKH Nasrullah mengungkap Singapura siap membuka kembali impor babi, namun hanya dalam bentuk karkas atau daging utuh dari Pulau Bulan. Namun, belum dijelaskan kepastian importasi daging babi itu dimulai kapan.

"Pada prinsipnya mereka menyatakan siap membuka kembali impor babi dalam bentuk karkas dari Pulau Bulan, Indonesia," ungkap Nasrullah.

Lebih lanjut, pembukaan impor babi oleh Singapura dalam bentuk karkas menjadi kabar baik bagi Indonesia.

"Walaupun untuk sementara ekspor babi hidup dari pulau bulan ditutup karena ASF, tapi ke depan potensi ekspor dalam bentuk karkas masih sangat terbuka," terangnya.

Menurutnya, pihak Singapura sangat terbuka untuk mendiskusikan langkah-langkah teknis agar ke depan ekspor babi hidup dapat kembali berjalan, mengingat Pulau Bulan merupakan penyuplai terbesar kebutuhan babi bagi Singapura.

Editor: Surya