Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BI Catat Modal Asing Kabur Rp 2,67 Triliun dalam Sepekan
Oleh : Redaksi
Minggu | 12-03-2023 | 18:32 WIB
uang_ilustras11.jpg Honda-Batam
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta-Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih mencapai Rp 2,67 triliun dari pasar keuangan domestik selama periode 6 sampai 9 Maret 2023.

Aliran modal asing keluar bersih itu berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 3,03 triliun. Namun, terdapat modal asing masuk bersih ke pasar saham sebesar Rp 360 miliar.

"Berdasarkan data transaksi 6 sampai 9 Maret 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 2,67 triliun terdiri dari jual neto Rp 3,03 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 360 miliar di pasar saham," ucap Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi dalam pernyataan resmi, Sabtu (11/3/2023).

Secara kumulatif, sejak 1 Januari hingga 9 Maret 2023, tercatat aliran modal asing masuk bersih di pasar SBN sebesar Rp 34,56 triliun dan pasar saham sebesar Rp 240 miliar.

Sedangkan imbal hasil atau yield SBN Indonesia tenor 10 tahun naik di level 6,99%. Di sisi lain yield surat utang Amerika Serikat (UST Treasury Note) tenor 10 tahun yang meningkat ke level 3,903%.

UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1 sampai 10 tahun.

Premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 93,26 basis poin (bps) per 9 Maret 2023 dari 84,64 bps per 3 Maret 2023.

Sementara nilai tukar rupiah dibuka tergelincir ke posisi Rp 15.470 per dolar AS pada Jumat (10/3/2023) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023) Rp 15.420 per dolar AS.

Indeks dolar AS (DXY) menguat ke level 105,31. Indeks dolar AS adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

"BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," kata Fadjar.

Editor: Surya