Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

RSUD Kepri Tanjunguban Merugi
Oleh : hrj/dd
Rabu | 22-08-2012 | 13:12 WIB

TANJUNGUBAN, batamtoday – Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepri di Tanjunguban, sampai saat ini memang masih selalu dikeluhkan masyarakat terkait kurangnya pelayanan dan sering tidak beradanya di tempat  dokter spesialias. Hal tersebut diduga akibat kurangnya tenaga medis di RSUD ini. Selain itu, yang sering didengungkan, justru RSUD ini selalu mengalami kerugian dan pendapatan semakin menurun.


Isra Dirgantara, Kepala Bagian Tata Usaha RSUD Kepri Tanjunguban, kepada batamtoday belum lama ini, mengakui memang RS ini sampai saat masih kekurangan tenaga medis baik dokter spesialis mau pun perawat dan hal tersebut sudah disampaikan kepada pihak Pemerintah Provinsi Kepri. Begitu juga, banyaknya keluhan dari masyarakat terkait masih kurangnya pelayanan yang diberikan kepada pasien di RS, Isra juga tidak mengelak, namun menurutnya hal tersebut tentu terkait masalah oknum. 

“Kalau masalah masih kurangnya pelayanan tentu terkait maslah oknumnya. Namun hal itu tentu, pihak manajemen RSUD akan terus berusaha untuk melakukan pembinaan melalui pelatihan-pelatihan, agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien,” katanya. 

Terkait semakin menurunnya pendapatan RS ini, Isra yang juga ketua harian IPSI Kepri ini, menjelaskan, memang sejak beberapa tahun terakhir ndapatan RS ini menurun. Hal tersebut menurutnya, tidak terlepas dari semakin berkurangnya jumlah tenaga kerja dan adanya program pemerintah, seperti program Jamkesda melalui Surat keterangan Tidak Mampu (SKTM), Jamkesmas, Askes, Jampersal dan lainnya.

“Pada prinsipnya memang keberadaan RS tidak bisa hanya mengejar keuntungan atau mencapai target. Pada tahun 2007 taget RS ini mencapai Rp. 12 miliar, namun seiring berkurangnya jumlah karyawan di KIB Lobam pada  tahun 2010 pendapatan hanya mencapai Rp6 miliar. Setelah dipelajari hal itu dampak banyaknya progam tersebut,” ungkapnya.

Dimana kata Isra, salah satu contoh apa bila melalui program tersebut memang warga sangat terbantu sebaliknya, secara otomatis pendapatan RS makin menurun. Contonya, adalah apabila adanya operasi melahirkan melali sesar, kalau normal pasien mesti mengeluarkan biaya sekitar Rp4 juta, namun dengan adanya program biaya hanya sebesar Rp1,2 juta. 

"Jelas kalau dihitung secara bisnis RS merugi, tapi keberadaan bukan hanya mencari keuntungan. Sejauh ini, pasien umum yang masuk RSUD ini, hanya sekitar 15%, dari jumlah pasien yang mendapatkan pelayanan di RS ini,” paparnya.

Lebih jauh katanya, dari jumlah dana yang digelontorkan dari APBD Kepri/tahun Rp29 miliar, dimana Rp17 miliar digunakan untuk membayar gaji pegawai yang jumlahnya 270 orang, mulai dari dokter spesialis hingga Tenaga Kerja Harian Lepas (TKHL) dan sisanya untuk operasional RS.