Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Nelayan Bintan Selamat dari Maut, Bertahan Hidup Selama 7 Hari di Laut Hanya dengan Box Fiber
Oleh : Syajarul Rusydy
Jumat | 03-02-2023 | 16:36 WIB
nelayan-bintan11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sunardi alias Dore, nelayan asal Bintan yang selamat dan bertahan hidup dengan viber ikan. (Syajarul/BTD)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Desakan ekonomi dengan tumpukan tunggakan yang sudah menunggu harus dibayarkan, memaksa Sunardi untuk turun melaut meski cuaca sedang tidak bersahabat. Bermodal utangan dari rekanan, pria berumur 59 tahun itu mantap melangkahkan kaki dan melepas tali kapal meninggalkan Kijang untuk mencari nafkah sebagai seorang nelayan, Senin (23/1/2023).

Namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, kapal berukuran 32 kaki yang ditumpanginya mati mendadak di tengah perjalanan. Hati kecilnya pun berkata baling-baling kapalnya sangkut oleh tali.

Pria yang akrab di sapa Dore itu memutuskan berlabuh di perairan Pulau Buruan, yang berada di daerah Numbing, Kecamatan Bintan Pesisir. Dia pun langsung melemparkan jangkar ke laut, setelah memutuskan kesokan hari baru akan menyelam untuk mengecek kondisi baling-baling kapalnya.

Hari berganti, langit yang gelap pun mulai kembali terang. Tepat di hari Selasa (24/1/2023), Dore mencoba menyelam untuk mengecek kondisi baling-baling kapal. Namun apa yang ada di pikirannya ternyata meleset. Kondisi baling-baling kapal masih dalam keadaan baik-baik saja.

"Eh ternyata gak ada masalah sama baling balingnya. Setelah saya cek mesin, ternyata oli sudah habis, padahal baru saja saya ganti. Rupanya ada bocor di mesin kapal," kata bapak tiga anak itu menceritakan kisahnya yang berhasil melewati maut, saat ditemui di kediamannya, Kampung Baru Kekek, Kecamatan Bintan Timur, Jumat (3/2/2023).

Lebih lajut Dore menceritakan, mencoba bertahan lagi satu hari, namun ternyata ombak mulai kuat. Jangkar yang tadinya dilempar, kini ia tarik kembali dan kapalpun mulai berjalan hingga tersadar sudah belasan mil dari pelantar tempat Dore berangkat.

"Dua hari saya hanyut itu, lihat satelit ternyata udah belasan mil saya terbawa arus," kata Dore.

Tepat di hari Sabtu (28/1/2023) sore, kondisi kapalnya pun semakin parah. Air sudah mulai masuk, tidak memungkinkan untuk terus berada di kapal yang dibelikan oleh anak tirinya itu. Persiapan mulai dilakukan, barang-barang persediaan makanan mulai diangsur ke fiber ikan berukuran 400 kg.

Perlahan kapal mulai tenggelam. Sekitar pukul 20.00 WIB, Dore yang sudah kedinginan memutuskan masuk kamar kapal. Sampai tersadar sekitar pukul 23.00 Wib, ia dan kapalnya sudah tiga meter di dalam laut, secepat kilat Dore pun naik ke atas.

Nahasnya lagi, fiber yang sudah Dore persiapkan andai terjadi sesuatu yang tak diinginkan hanyut sekitar 7 meter dari posisi Dore tenggelam. Seketika itu Dore pun mencoba berenang untuk menggapai fiber tersebut, karena hanya itu satu-satunya alat yang dapat membuatnya bertahan hidup.

"Sudah berhasil, saya bergelantungan di fiber. Atur nafas sebelum saya naik dan masuk ke dalam fiber," tutur Dore.

Setelah yakin, Dore pun mencoba naik ke box fiber. Namun percobaan pertama gagal. Ia pun memutar otak bagaimana caranya bisa masuk ke box fiber yang terbilang tinggi itu, hingga muncul ide membuka lobang pembuangan yang sempat ia sumpal dengan plastik.

"Pas saya buka air masuk, jadi agak rendah. Nah di situ saya bisa naik dan masuk ke dalam fiber. Saat itu pula saya makan mie instan yang hanya tinggal satu bungkus," kata Dore.

Dua hari lamanya Dore bertahan hidup di dalam box fiber, hanya mengonsumsi air yang tersisa 5 liter dan gula pasir setengah kg. Setiap tenggorokan mulai kering, Dore menelan satu sendok gula pasir. Hingga akhirnya di hari Senin (30/1/2023) pagi, kapal yang menurut Dore merupakan jenis kapal tanker terlihat oleh pandangan matanya, tepat di perairan Bangka.

"Pas kapal itu mau melintas, saya sembunyi. Dalam hati ada rasa malu, mau minta pertolongan. Hingga kapal itu pun melintas tanpa menolong saya," ujar Dore.

Setelah kapal itu melintas, Dore akhirnya berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa agar kepten dan ABK kapal tersebut terbuka hatinya untuk menolong dirinya. Saat itu juga Tuhan mengabulkan doanya, kapal tersebut --yang kemudian dia ketahui namanya kapal MT Griya Cirebon, berbalik arah menuju ke fiber yang ditumpangi Dore.

"Pas kapal mendekat, saya hanya kasih isyarat minta makanan. Dalam hati saya gak ditolong yang penting dikasih makanan, tapi mereka justru melemparkan tangga tali dan menarik saya ke atas kapal. Kalau gak ada ABK dan Kapten kapal MT Griya Cirebon, gak tau nasib saya sekarang," sebut Dore.

Di atas kapal, ABK menanya perihal Dore bisa berada di dalam box fiber itu. Dia pun menceritakan, hingga salah seorang ABK memposting kabar Dore yang sudah 7 hari tidak pulang ke rumah hingga akhirnya diselamatkan oleh ABK dan kapten kapal MT Griya Cirebon.

"Mungkin dari postingan yang disebar itu, saya tiba di Pelabuhan Tanjun Priok Jakarta langsung dijemput, dan dibawa ke Rumah Singgah Bintan di Jakarta," ujar kakek tiga orang cucu itu.

Di Rumah Singgah Bintan, Dore mendapatkan pertolangam medis dari Dinkes dan Dinsos Bintan. Dua hari lamamya di Rumah Singgah Bintan. Pada Kamis (2/2/2023), Dore diterbangkan ke Batam dan kembali ke Bintan untuk dipertemukan kepada keluarga yang sudah lama menanti kepulangan Dore.

Rasa trauma masih membekas di benaknya, namun ke depanya Dore pun akan tetap berusaha mencari pekerjaan. "Kalau gak kerja, ya bagaimana lagi. Kalau pun kerjaan di darat saya juga mau. Apalagi saya juga udah tua, dan keluraga pun melarang saya melaut lagi," ungkap pria yang sudah bergelut sebagai nelayan sejak tahun 1982 itu.

Editor: Yudha