Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kemerdekaan Indonesia Hanya Dinikmati Segelintir Orang
Oleh : hrj/dd
Jum'at | 17-08-2012 | 17:07 WIB

TANJUNGUBAN, batamtoday - Tujuan luhur dari para pejuang yang sudah berabad-abad berjuang melawan penjajahan, hingga tercetusnya sebuah kemerdekaan yang dikumandangkan tepatnya pada 17 Agustus, 67 tahun silam.


Adapun tujuan dari para syuhada dalam meraih kemerdekaan adalah untuk memanusiakan manusia Indonesia seutuhnya, makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran.

Tokoh masyakat Bintan, Sahat Simanjuntak, melihat setelah 67 tahun Indonesia merdeka dan membangun bangsa ada kondisi yang paradoksal yang hidup di tengah masyarakat, diantaranya pengakuan terhadap terciptanya pembangunan di segala bidang. 

Namun hal itu disayangkan hanya memperbaiki peri kehidupan "segelintir orang saja". Bahkan ada yang menginginkan,hal tersebut terus dipertahankan oleh kelompok agar terus bisa menikmati hasil yang katanya pembangunan.

Dalam waktu bersamaan, kata Sahat, yang lahir sekitar 65 tahun lalu, menjelaskan dalam waktu yang bersamaan, jelas ada masyarakat yang merasa tidak adil. Karena mereka terus terpanggan kemiskinan, keterbelakan pendidikan, gizi buruk dan kian banyaknya  pengangguran di sekitar pembangunan yang ada.

Tidak heran, kata tokoh yang duduk dalam MPO Pemuda Pancasila (PP) pusat ini, warga sangat miris merasakan hakekat pembangunan yang belum menyentuh dari hakekat kemerdekaan dan pembangunan yang berkeadilan.

Walaupun tidak mengherankan apa yang disuarakandan mengatasnamakan berdasarkan data, kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan pengangguran di negeri ini semakin berkurang. 

"Nyatanya para buruh, petani di negeri yang kaya sumber daya alam yang melimpah, apalagi sumber daya laut ini, justru terlilit hutang pada para tengkulak," katanya.

Sahat menilai di balik kemajuan pembangunan, seolah-olah pembangunan tersebut telah mengendalikan kesenjangan dan disertai dengan semakin merosotnya mental dan moral di seluruh lingkungan kehidupan.

Lebih jauh dia mengatakan rekaman kondisi kesengsaraan rakyat kecil yang serba dilema dan paradoksal tersebut sangat luas, bahkan tampil dimana-mana. Penyelenggara negara dan pemerintah, serta yang memiliki sumberdaya, turut larut dan suka dalam carut marut politik.

Sementara rakyat kecil, yang ada disekitar tumbuhnya pembangunan dan carut marutnya perpolitikan, hanya bisa meratap, walau pun belum sepenuhnya tiarap, karena mereka masih memiliki hati nurani.

Rakyat masih berharap Republik ini masih utuh, para penyelengara negara dan pemerintah. Diharapkan, masih memiliki batasan antara kebutuhan dan keserakahan, antara kesenangan dan ketamakan." 

"Agar cita-cita luhur Proklamasi 17 Agustus 1945, bisa dirasakan oleh seluruh rakyat," pungkasnya.