Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Letto Buka Pemahaman Baru Soal Lagu Religi
Oleh : Redaksi/diolah dari berbagai sumber
Kamis | 02-08-2012 | 10:50 WIB
Letto.jpg Honda-Batam
Sabrang Mowo Damar Pinuluh alias Noe (pakai topi) bersama band Letto, foto:Letto

JOGJAKARTA, batamtoday - Kehadiran Letto, band yang bermarkas disebuah Gang Barokah, Kadipiro, Bantul, Jogjakarta, memberikan warna tersendiri bagi belantika musik Indonesia. Bahkan baru-baru ini band yang digawangi putra dari budayawan Emha Ainun Najib itu mematahkan pemahaman tentang lagu Religi.


Letto menyatakan dengan tegas menolak keras membuat album religi dengan pemahaman yang dianut sebagian besar bangsa Indonesia.

Dalam satu wawancara dengan sebuah majalah internasional terbitan Indonesia, Noe, vokalis Letto, ketika ditanya; mengapa Anda tidak menjadi penyanyi tembang religi, mengungkapkan: "Karena kita tidak percaya dengan lagu religius. Kalau ada lagu religius berarti ada lagu tidak religius dong. Padahal semua hal menurut kita bisa diambil sisi religiusnya. Mau ngomong kambing sampai kotoran sapi, semuanya bisa religius juga. Bukan lagunya, tapi bagaimana kita mengambilnya."

Noe yang sejatinya bernama lengkap Sabrang Mowo Damar Pinuluh itu berharap bangsa ini kedepan bisa merubah paradigma tentang lagu religi. Sehingga kedepan, tidak menjadi objek pasar para produser yang seringkali memanfaatkan moment seperti Ramadhan dan Natal. 

Sebagaimana lagu "Sandaran Hati" dalam album pertama Letto. Menurut Noe, sebagian besar fans pasti menganggap lagu Sandaran hatinya adalah antara manusia yang dimabuk asmara dengan kekasihnya (dengan tulisan 'nya' kecil). 

"Namun enam bulan berikutnya orang baru 'ngeh' bahwa lagu ini semacam doa sang hamba kepada Sang Kekasih (Tuhan). Segala permasalahan kehidupan bersandar lepada Tuhan," kata Noe. 

"Dalam album kedua, Sebelum Cahaya, orang juga dibebaskan menafsirkan, apa kandungan terdalam syair lagu tersebut. Sampai akhirnya ada yang menyebut bahwa ini adalah cerita tentang ketekunan seorang hamba yang menjalankan shalat malam. Sekali lagi orang bebas menafsirkan," tambahnya. 

Emha Ainun Nadjib, ayahnya Noe, puluhan tahun lalu telah menulis puisi "Jalan Sunyi". Ada kalimat yang hampir mirip pada lagu Sebelum Cahaya, yaitu "perjalanan sunyi". Maka tidak heran ada yang mengutak-atik-gatuk bahwa lagu ini diperuntukkan ayahndanya tercinta. 

"Intinya tidak ada lagu yang beragama, yang ada lirik dan kemampuan tafsir manusia itu sendiri yang menentukan mau dijadikan apa lagu yang dimaksud," kata Noe seolah menjiplak kalimat Emha saat dikecam sejumlah pihak akibat menyanyikan lagu gereja dengan lirik sholawat di Belanda pada 2008 lalu. Bravo Letto.