Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Harga Rokok Kretek Filter Picu Inflasi Juli 2022
Oleh : Aldy
Rabu | 03-08-2022 | 10:08 WIB
hang-nadim-btm-inflasi.jpg Honda-Batam
Aktivitas calon penumpang pesawat di Bandara Hang Nadim Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,61 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan Juni 2022 yang mengalami inflasi sebesar 0,84 persen (mtm).

Inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices), utamanya tarif angkutan udara dan rokok kretek filter.

Wakil Ketua TPID Provinsi Kepulauan Riau, Musni Hardi K Atmaja, mengatakan, tekanan inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food) cenderung berkurang terutama pada komoditas minyak goreng dan cabai merah serta bawang merah. Di sisi lain kelompok inti juga mengalami inflasi yang didorong oleh kenaikan upah asisten rumah tangga.

"Disaat yang sama, IHK Nasional tercatat mengalami inflasi sebesar 0,64 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,61 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 6,09 persen (yoy), atau meningkat dibandingkan Juni 2022 sebesar 5,89 persen (yoy) dan berada di atas sasaran inflasi nasional sebesar 3+1 persen (yoy)," ungkap Musni Hardi K Atmaja, dalam siaran persnya, Selasa (2/8/2022).

Musni menjelaskan, Inflasi yang bersumber dari kelompok transportasi utamanya tarif angkutan udara. Kenaikan tarif tersebut, didorong oleh kenaikan harga avtur di tengah kenaikan permintaan, seiring kebijakan pelonggaran mobilitas.

Sementara itu, inflasi cabai merah dan bawang merah utamanya disebabkan oleh terbatasnya pasokan akibat gangguan cuaca di sentra produksi. Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,61 persen (mtm) dan 0,66 persen (mtm).

"Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 6,15 persen (yoy) dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 5,59 persen (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah angkutan udara, cabai merah dan bawang merah sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah cabai merah, angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga. Memasuki bulan Agustus 2022, tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut namun cenderung melemah," jelas Musni.

Sementara, beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai yakni, masih tingginya harga energi secara global yang dapat mendorong kenaikan harga avtur dan berlanjutnya kenaikan tarif angkutan udara. Inflasi pada kelompok biaya Pendidikan juga perlu di waspadai. Lalu tekanan inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan berkurang seiring panen yang dimulai pada akhir Agustus 2022.

Sehubungan dengan hal tersebut, masih menurut Musni, upaya pengendalian inflasi oleh TPID akan difokuskan untuk memantau perkembangan harga dan kelancaran pasokan bahan pangan terutama aneka cabai, bawang merah dan sayur-sayuran. Kemudian operasi pasar murah juga diperlukan. Selain itu, TPID juga akan terus mendorong realisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan daerah penghasil baik di internal maupun luar Provinsi Kepri.

"Pada jangka panjang, TPID akan terus mendorong upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan atau petani, perluasan lahan dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda serta program Pekarangan Pangan Lestari," pungkas Misni.

Editor: Gokli